Saturday 30 May 2009

Kolom Kompas tentang Akar Neoliberalisme

Kolom Budiarto Shambazy di Kompas edisi 30 Mei menunjukkan kepada kita bagaimana mulanya penjajahan ekonomi melanda Indonesia sampai sekarang. LANJUTKAN ... Lanjutkan penjajahan ekonomi itu. Lanjutkan penjualan SDA yang murah, lanjutkan penjualan BUMN yang murah, lanjutkan penjualan harga diri dan masa depan bangsa


http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/05/30/0535314/quottempus.fugitquot

/Home/Bisnis & Keuangan/Analisis
KOLOM POLITIK-EKONOMI
"Tempus Fugit"
Tampak depan Museum Kebangkitan Nasional
Sabtu, 30 Mei 2009 | 05:35 WIB

Oleh BUDIARTO SHAMBAZY

KOMPAS.com - Bukan kebetulan Belanda pertama kali datang ke negeri ini melalui ”kompeni” bernama Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Sejak awal imperialisme, VOC mengincar kekayaan alam Indonesia yang berlimpah ruah dan bernilai ekonomis raksasa.

Indonesia adalah negara kepulauan yang eksistensinya diakui sebagai archipelagic state sesuai dengan UNCLOS 1982. Ini buah hasil Deklarasi Djuanda, merujuk pada nama PM Djuanda Kartawidjaja sebagai penggagasnya.

Alhasil, Indonesia sejak masa penjajahan sampai kapan pun merupakan negara dengan nilai strategis dan ekonomis teramat vital. Dan, sampai kapan pun, debat tentang sistem ekonomi yang cocok akan berlangsung.

Gerakan nasionalisme dipelopori Budi Utomo. Namun, tak lama kemudian, Sarikat Dagang Islam memulai prakarsa yang fokus pada ekonomi.

Kesadaran negara yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat makin tinggi setelah revolusi Rusia pecah. Sistem ekonomi eksklusif bagi kalangan borjuasi berakhir digantikan proletarianisme Uni Soviet.

Sejak itu kapitalisme Barat mendapatkan pesaing. Perang kapitalisme versus marxisme jadi salah satu agenda yang mewarnai persaingan Uni Soviet vs Amerika Serikat selama Perang Dingin, selain kompetisi ideologis dan militer.

Perang ini juga mewarnai perjuangan menuju kemerdekaan. Itu sebabnya, UUD 1945 dipersenjatai pasal 33 yang menyatakan semua kekayaan alam demi kesejahteraan rakyat. Satu sila Pancasila menyebut tujuan mencapai kesejahteraan rakyat adil dan makmur.

Oleh sebagian kalangan, Bung Karno dipandang sebagai presiden yang mempraktikkan ”politik sebagai panglima”. Namun, ia juga memulai Rencana Pembangunan Nasional (RPN) yang sudah mencapai tahap ketiga tahun 1961. Tahap pertama RPN bertujuan mencapai swasembada sandang pangan, tahap kedua memulai industrialisasi, dan pada tahap ketiga Bung Karno bertekad Indonesia ”lepas landas” sebagai negara industri.

Setelah pecah pemberontakan PRRI/Permesta akhir 1950-an serta Konfrontasi tahun 1963, republik tak punya dana pembangunan. Bung Karno adalah presiden pertama yang merundingkan ”program stabilisasi” dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk melanjutkan RPN.

Pak Harto melanjutkan RPN Bung Karno dengan Repelita. Ia menyempurnakannya lewat Trilogi Pembangunan dan memelihara hubungan harmonis dengan IMF serta perangkat Perjanjian Bretton Woods lainnya.

Tak bisa dimungkiri tujuan ekonomi dirusak korupsi. Itu sebabnya pada era Orde Baru beberapa kali muncul kritik terhadap ekonom pro-AS yang, misalnya, berujung pada Malari 1974.

Untuk memahami kegagalan pembangunan (underdevelopment) akibat korupsi, bacalah buku John Perkins, Confessions of An Economic Hit Man. Menurut dia, negara dan lembaga pemberi utang mematok sasaran menambah jumlah utang Dunia Ketiga.

Utang dimaksudkan agar dikorupsi elite Dunia Ketiga. Para pemberi utang paham Dunia Ketiga tak bakal mampu membayar utang yang menggunung.

Pada saat ngemplang, elite Dunia Ketiga dipaksa menjual murah sumber-sumber alamnya. Dan, yang paling diincar konsesi minyak, gas, serta tambang.

Kerja sama elite Dunia Ketiga dengan elite pemberi utang sering diulas Johan Galtung dengan teori center-periphery relationship tahun 1980-an. Kerja sama elite centers (pusat) dengan peripheries (pinggiran) menciptakan underdeve lopment.

Kesimpulannya, underdevelopment bukan tahap menuju industrialisasi/ lepas landas seperti yang didengungkan ideologi pembangunan. Ia imperialisme baru yang memiskinkan Dunia Ketiga.

Kritik terhadapnya dilontarkan para akademisi dengan teori dependencia (ketergantungan) yang spesifik mengambil berbagai kasus di Amerika Latin. Almarhum Sritua Arif menulis buku tentang ketergantungan Indonesia dari Barat.

Jika ada yang bertanya masihkah ekonomi kita tergantung, semua pasti menjawab iya. Maukah melepaskan diri dari ketergantungan itu, semua akan menjawab iya juga.

Dan, melepaskan diri dari ketergantungan bukan seperti membalikkan telapak tangan. Dunia tak lagi diatur Perjanjian Bretton Woods saja, tetapi ada pula free trade (belum tentu fair trade ), G-7, G-20, BRIC (Brasil, Rusia, India, dan China), bahkan APEC atau AFTA di sekitar kita.

Makin sukar membedakan mana yang imperialistis, kapitalistis, liberalis, atau komunis.

Ekonomi bukan cuma tentang uang, tetapi juga waktu. ”Waste your money and you're out of money, but waste your time and you have lost a part of your life”.

Mau debat, silakan. Namun, tempus fugit alias waktu terbang terlalu cepat.

Boediono, BLBI, dan beban rakyat

http://www.tempointeraktif.com/hg/kolom/2009/05/22/kol,20090522-79,id.html


Mungkin Boediono tidak korupsi, tapi ia memperkaya konglomerat. Apakah mereka ini yang jadi donatur kampanye?



Menakar Efektivitas Duet SBY-Boediono

Jum'at, 22 Mei 2009 | 11:16 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Saat ini publik sudah mendapat gambaran utuh tentang para kandidat yang akan bersaing di ajang pemilihan presiden 2009. Wajar jika incumbent menjadi fokus perhatian dan bahan kalkulasi. Apalagi berbagai survei menempatkan incumbent di atas angin, dan berpotensi paling besar untuk menang dalam pemilihan presiden 2009. Memang, sejak proses penentuan kandidat mendekati final, duet SBY-Boediono cukup menyita perhatian. Terutama karena kontroversi yang muncul dengan terpilihnya sosok Boediono sebagai pendamping. Menyikapi Boediono sebagai calon wakil presiden, reaksi publik memang campur aduk. Mereka yang keberatan menuding Boediono sebagai sosok neolib yang merusak tatanan perekonomian rakyat. Para profesional dan eksekutif perusahaan-perusahaan di sektor keuangan antusias alias mendukung. Tetapi pers juga merekam keresahan di kalangan pengusaha.

Komunitas pengusaha sudah telanjur merasa nyaman dengan duet kepemimpinan SBY-JK. Terlepas dari plus-minus kinerja kepemimpinan SBY-JK, dunia usaha menikmati bagaimana kesigapan JK mewujudkan kepastian. Ketika publik melihat pemerintah lamban karena bimbang untuk memfinalkan sebuah kebijakan, JK tampil mengubah kebimbangan menjadi kebijakan final yang segera diimplementasikan. Kemampuan JK menutup kelemahan Kabinet Indonesia Bersatu bahkan sempat melahirkan asumsi bahwa the real president adalah JK.

Kalkulasi-kalkulasi seperti itulah yang menimbulkan keresahan di kalangan pengusaha. Keresahan itu tidak berarti meng-underestimate kapasitas Boediono. Pada bidangnya, kompetensi dan kapabilitas Boediono sudah diakui publik internasional. Masalahnya adalah Boediono belum teruji menanggung beban tugas pada level wakil presiden. Sebagai orang yang berkepribadian pendiam, kapasitas sebagai wapres itu bisa menghadirkan masalah, mengingat publik dan pasar selalu membutuhkan sinyal. Hampir lima tahun duet kepemimpinan SBY-JK, sinyal-sinyal itu selalu disuarakan JK dengan gamblang, dengan bahasa dan pilihan kata-kata yang gampang dicerna rakyat kebanyakan.

JK bisa membuat banyak orang memahami alasan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Dengan pendekatan dialogis, dia bisa mendorong jutaan ibu rumah tangga mengubah penggunaan minyak tanah ke gas sebagai bahan bakar di dapur mereka. Adalah JK juga yang pertama kali mengecam para eksekutif bank secara terbuka, karena mereka gagal memaksimalkan penyaluran kredit ke sektor riil.

Catatan paling menonjol tentang kinerja JK sebagai wapres adalah kecepatan dan keberaniannya mengimplementasikan beberapa kebijakan berisiko tinggi, terutama risiko politik. Kebijakan menaikkan harga BBM hingga rata-rata di atas 100 persen serta kebijakan konversi bahan bakar dapur dari minyak tanah ke gas--berimplikasi pada jutaan rumah tangga--berisiko sangat tinggi dari aspek politik. Dua kebijakan strategis ini implementatif, karena JK pasang badan menghadapi hiruk-pikuk reaksi masyarakat, termasuk kecaman dan caci-maki sekalipun.

Sekuat dan setegar itukah duet kepemimpinan SBY-Boediono pada periode 2009-2014? Sekadar sampai pada rumusan kebijakan, publik sedikit pun tak ragu terhadap kompetensi Boediono. Pertanyaannya, apakah kebijakan-kebijakan SBY-Boediono nantinya bisa implementatif? Banyak orang ragu. Berdasarkan pengalaman, publik sudah melihat bagaimana SBY kerap ragu-ragu, maju-mundur untuk mengimplementasikan kebijakannya. Dalam hal ini, apakah Boediono berani mau mendorong dan meyakinkan SBY seperti JK agar tegar dan konsisten menerapkan kebijakan pemerintah. Apalagi, mengadopsi wewenang presiden untuk memfinalkan sebuah kebijakan, hal yang beberapa kali dilakukan JK untuk sejumlah kebijakan strategis dan mendesak.

Karakter Boediono seperti itu terbaca jelas, baik sebagai Gubernur Bank Indonesia maupun sebagai Menteri Koordinator Perekonomian. Kita garisbawahi saja pernyataannya bahwa “negara tidak boleh terlalu banyak campur tangan”. Sebagai Gubernur BI, dia tidak memaksimalkan peran bank sentral sebagai regulator yang “berhak memaksa” perbankan menurunkan suku bunga.

Semasa menjabat Menko Perekonomian, Boediono merancang dua kebijakan yang menjanjikan kebangkitan sektor riil serta koperasi dan UMKM (usaha menengah, kecil, dan mikro). Pada 2007, pemerintah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) No.6/2007 untuk pemulihan sektor riil dan pengembangan UKM. Keppres ini terperinci, memuat 141 rencana tindak pemulihan sektor riil dan pengembangan puluhan ribu unit UKM. Juga untuk tujuan yang kurang-lebih sama, Boediono merancang Inpres No. 5/2008 tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008-2009. Rancangan inpres ini rampung saat Boediono mengikuti fit and proper test untuk jabatan Gubernur BI. Inpres yang memuat rencana tindak atas inpres terdahulu (No. 6/2007) ini kemudian diumumkan oleh penggantinya, Sri Mulyani.

Kalau status sektor riil dan UMKM kita saat ini mati suri, itu pertanda dua inpres tersebut tidak implementatif. Berbagai kalangan menduga, Boediono tak bisa mengendalikan para menteri ekonomi, sehingga implementasi dua inpres itu tidak maksimal. Hingga Mei 2009 ini, iklim berusaha belum juga kondusif. Menurut BPS, Indeks Tendensi Bisnis pada triwulan I dan II 2009 masih di bawah 100, pertanda pemerintah belum bisa menumbuhkan optimisme di kalangan pebisnis.

Duet SBY-Boediono tampil ketika banyak orang sedang merasakan puncak resesi ekonomi. Karena tantangannya seperti itu, kita yakin SBY mempercayakan beban penanggulangan krisis ekonomi di pundak Boediono. Maka, kalau pasangan calon presiden-wakil presiden ini memenangi pemilihan presiden 2009, formasi kabinet mereka harus tangguh dan responsif. Katakanlah formasi kabinet yang efektif membentengi kepemimpinan dan kebijakan presiden. Dalam periode 2004-2009, peran membentengi kebijakan kabinet efektif dilakoni JK. Bahkan, dalam beberapa kasus kebijakan ekonomi, JK justru berperan seperti juru bicara pemerintah, dan terbukti sangat efektif. Itulah yang nantinya dibutuhkan oleh duet kepemimpinan SBY-Boediono.

Persoalannya sekarang, sebagian masyarakat sudah telanjur punya persepsi buruk tentang Boediono, sebagaimana bunyi spanduk dalam rangkaian unjuk rasa penolakannya sebagai calon wakil presiden. Mereka yang berunjuk rasa sudah mengetahui karier Boediono, dan bahwa dia tidak bisa dipisahkan dari kasus BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) dengan segala implikasinya. Sebab, pada periode 1996-1998, Boediono menjabat Direktur Satu BI urusan analisis kredit. Dalam periode 1997-1998, dicairkan BLBI sebesar Rp 144,8 triliun untuk bank-bank swasta, dan Rp 267 triliun untuk bank BUMN.

Lalu, per 1998, dia menjabat Kepala Bappenas. Dalam periode itulah dicairkan dana rekap perbankan sebesar Rp 600 triliun. Tentu saja semua harus dikembalikan pada waktunya. Beban pengembalian itu, lagi-lagi, diletakkan di pundak rakyat, melalui APBN, yang setiap tahunnya harus dialokasikan Rp 80 triliun. Semuanya baru lunas pada tahun 2032. Periode 2001-2004 Boediono menjabat Menteri Keuangan. Pada era itulah terbit kebijakan privatisasi dan divestasi yang dikecam berbagai kalangan, karena tidak setuju terhadap penjualan dengan harga murah sejumlah aset strategis, antara lain saham Indosat dan BCA.

Banyak orang sampai sekarang masih jengkel, karena para obligor BLBI mendapat keringanan berupa release and discharge yang membebaskan mereka dari tuntutan hukum. Ketika menyampaikan pidato pencalonannya, Boediono mengakui tugas sebagai wapres penuh risiko. Tapi dia siap melakoninya.

Bambang Soesatyo, Ketua Komite Tetap Perdagangan Dalam Negeri Kadin, Koordinator Wilayah Jawa Tengah dan DIY DPP Partai Golkar

Sepak Terjang Mafia Berkeley di Indonesia

Sumber: http://indonesiancommunity.multiply.com/journal/item/3071/Antek-antek_AS_di_Indonesia_MAFIA_BERKELEY_


Antek-antek AS di Indonesia

"MAFIA BERKELEY"
Mereka Pengkhianat!

Pernah dengar istilah ini? Yaa... pernah dengar tapi mungkin tidak paham apa saja yang sudah mereka lakukan pada negeri Indonesia ini. Mereka nggak lebih dari para pengkhianat bangsa.

Mereka lah penyebab kesengaraan ekonomi rakyat Indonesia. Di antara mereka adalah :
JB Soemarlin, Adrianus Mooy, Sri Mulyani, Boediono, Purnomo Yusgiantoro, Mari Pangestu, dll

Tulisan dibawah ini akan menjelaskan secara detail, apa, siapa, bagaimana MAFIA BERKELEY ini. Mohon baca, ini penting.

Mafia Berkeley dianggap sebagai ’otak’ atas segala carut-marut ekonomi di Indonesia. Terjualnya sebagian besar aset strategis bangsa ini, semakin membengkaknya nilai utang negara dan yang lainnya adalah keberhasilan ’agenda’ mereka. Negara akhirnya ’tergadai’ oleh kapitalis asing. Negara ini pun ’dihisap’ habis kekayaannya. Ujungnya, rakyat semakin hari semakin sengsara.

Apa sebenarnya Mafia Berkeley itu? Siapa saja yang termasuk di dalamnya? Bagaimana operasi mereka sebagai ’komprador’ asing yang setia menjual aset-aset negara? Bagaimana pola rekruitmen mereka? Yang terpenting, mengapa mereka hingga saat ini ’tidak tersentuh’?

Untuk menjawab itu semua, berikut hasil wawancara dengan Kusfiardi (Mantan Koordinator Koalisi Anti Utang/KAU).

Sebenarnya, apa Mafia Berkeley itu?

Mafia Berkeley adalah Organisasi Tanpa Bentuk (OTB), namun memiliki sistem regenerasi yang mapan. Generasi awalnya adalah Prof. Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, Emil Salim, Soebroto, Moh. Sadli, JB Soemarlin, Adrianus Mooy, dan masih sangat banyak lagi. Yang sekarang dominan adalah Sri Mulyani, Moh. Ikhsan, Chatib Basri, dan masih banyak lagi. Mereka tersebar pada seluruh departemen dan menduduki jabatan eselon I dan II, sampai kepala biro.

Ciri kelompok itu ialah masuk ke dalam kabinet tanpa peduli siapa presidennya. Mereka mendesakkan diri dengan bantuan kekuatan agresor. Kalau kita ingat, sejak akhir era Orde Lama, Emil Salim sudah menjadi anggota penting dari KOTOE dan Widjojo Nitisastro sudah menjadi sekretaris Perdana Menteri Djuanda. Widjojo akhirnya menjabat ketua Bappenas dan bermarkas di sana.

Setelah itu, presiden berganti beberapa kali. Yang “kecolongan” tidak masuk ke dalam kabinet adalah ketika Gus Dur menjadi presiden. Namun, begitu mereka mengetahui, mereka tidak terima. Mereka mendesak supaya Gus Dur membentuk Dewan Ekonomi Nasional. Seperti kita ketahui, ketuanya adalah Emil Salim dan sekretarisnya Sri Mulyani. Mereka berhasil mempengaruhi atau “memaksa” Gus Dur; mereka diperbolehkan hadir dalam setiap rapat koordinasi bidang ekuin. Tidak puas dengan itu, mereka berhasil membentuk Tim Asistensi pada Menko Ekuin yang terdiri atas dua orang saja, yaitu Widjojo Nitisastro dan Sri Mulyani. Dipaksakan bahwa mereka harus ikut mendampingi Menko Ekuin dan menteri keuangan dalam perundingan Paris Club pada 12 April 2000, walaupun mereka sama sekali di luar struktur dan sama sekali tidak dibutuhkan. Mereka membentuk opini publik bahwa ekonomi akan porak-poranda di bawah kendali tim ekonomi yang ada. Padahal kinerja tim ekonomi di tahun 2000 tidak jelek kalau kita pelajari statistiknya sekarang.

Yang mengejutkan, Presiden Megawati mengangkat Boediono sebagai menteri keuangan dan Dorodjatun sebagai Menko Perekonomian. Aliran pikir dan sikap Laksamana Sukardi sangat jelas sama dengan Berkeley Mafia.

Presiden SBY sudah mengetahui semuanya dan tetap saja memasukkan tokoh-tokoh Berkeley Mafia seperti Boediono, Sri Mulyani, Purnomo Yusgiantoro, dan Mari Pangestu ke dalam kabinet pemerintahannya.

Mengapa disebut sebagai ’mafia’? Apakah memang membahayakan’?

Sebutan mafia bagi Mafia Berkeley, selain karena mereka adalah sekelompok ekonom yang dirancang untuk mendukung hegemoni Amerika Serikat (AS) dan merusak ekonomi Indonesia, juga mendapatkan dukungan penuh dari lembaga keuangan internasional seperti IMF dan World Bank untuk selalu mendapatkan kekuasaan di Pemerintahan Indonesia di bidang ekonomi.

Kelompok ini sangat berbahaya karena Mafia Berkeley memang dirancang secara sistematis untuk mengontrol ekonomi Indonesia. Kebijakan ekonomi yang diambil berisi empat strategi utama, yakni: kebijakan anggaran yang ketat dan penghapusan subsidi, meliberalisasi keuangan, meliberalisasi industri dan perdangangana serta melakukan privatisasi. Kebijakan yang mereka jalankan tersebut merupakan hasil rumusan dari IMF, Bank Dunia dan USAID.

Bagaimana awal masuknya Mafia Berkeley di Indonesia?

Kelompok mafia tersebut telah dipersiapkan secara sistematis oleh kekuatan luar Indonesia selama sepuluh tahun sebelum berkuasa (1956-1966) sebagai bagian dari strategi Perang Dingin menghadapi kekuatan progresif dan revolusioner di kawasan Asia.

Kelompok yang dikenal dengan Mafia Berkeley ini kebanyakan dari generasi pertamanya lulusan Program Khusus di Universitas Berkeley, California. Universitas Berkeley sendiri merupakan salah satu universitas terkemuka di Amerika. Para mahasiswanya terkenal progresif dan mayoritas anti Perang Vietnam.

Namun, program untuk Mafia Berkeley dirancang khusus untuk orang Indonesia yang dipersiapkan untuk di kemudian hari menjadi bagian dari hegemoni global Amerika. Disebut mafia, mengambil idea dari organisasi kejahatan terorganisasi di Amerika, karena mereka secara sistematis dan terorganisasi menjadi alat dari hegemoni dan kepentingan global di Indonesia.

Atas dasar kepentingan apa mereka ‘ditanam’ di Indonesia?

Selain sebagai bagian dari agen hegemoni global Amerika, Mafia Berkeley sekaligus berfungsi sebagai alat untuk memonitor kebijakan ekonomi Indonesia agar sejalan dan searah dengan kebijakan umum ekonomi yang digariskan oleh Washington. Garis kebijakannya adalah Washington Konsensus yang terdiri dari: kebijakan anggaran yang ketat, penghapusan subsidi, liberalisasi keuangan, liberalisasi industri dan perdagangan, serta privatisasi.

Bagaimana posisi Mafia Berkeley dalam Pemerintah?

Dalam pemerintahan, Mafia Berkeley selalu menargetkan untuk menguasai jabatan di bidang ekonomi dan sumber daya. Jabatan tersebut bisa sebagai menteri, staf ahli maupun posisi lainnya yang langsung berhubungan dalam perumusan kebijakan ekonomi politik. Posisi tersebut sangat strategis.

Menteri Keuangan, misalnya. Selain sebagai penentu kebijakan keuangan negara, sekaligus sebagai bendahara negara. Artinya, tidak satu peser pun uang negara bisa keluar tanpa persetujuan Menteri Keuangan.

Bagaimana kebijakan-kebijakannya saat ini terhadap pembangunan ekonomi Indonesia?

Selama 40 tahun lebih berkuasa, kebijakan ekonomi yang dijalankan oleh Mafia Berkeley dalam pemerintahan tidak pernah memberikan perubahan bagi kesejahteraan rakyat. Namun, hingga saat ini, Mafia Berkeley masih bercokol di sektor-sektor vital, seperti di Departemen Keuangan, Departemen Perdagangan, Departemen Energi Sumber Daya dan Mineral, Bank Indonesia, dan departemen lain yang berkaitan dengan sektor ekonomi strategis lainnya.

Kebijakan yang mereka ambil memang tidak pernah mempertimbangkan aspek kesejahteraan rakyat Indonesia. Mereka lebih memprioritaskan untuk melaksanakan perintah dari IMF dan Bank Dunia.

Berbagai kebijakan ekonomi yang dikeluarkan justru menghambat kemajuan ekonomi dan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Bisa disebutkan contoh-contoh kebijakannya?

Utang luar negeri, liberalisasi perdagangan dan keuangan, pencabutan berbagai macam subsidi (termasuk subsidi BBM) dan privatisasi yang menyerahkan aset milik negara pada pihak swasta maupun pemerintah asing.

Apakah Mafia Berkeley berdiri sendiri atau ada dukungan dari pihak luar (asing)?

Mafia Berkeley mendapat dukungan penuh dari pemerintahan negara maju, khususnya Amerika Serikat dan lembaga dan asosiasi ekonomi internasional. Dukungan tersebut ditunjukkan dengan memberikan citra positif bahkan penghargaan skala internasional terhadap Mafia Berkeley, walaupun mereka belum menunjukkan hasil kerja seperti yang digambarkan dalam penghargaan tersebut. Misalnya, waktu mereka memberikan penghargaan sebagai menteri keuangan terbaik kepada Sri Mulyani. Kita kan tahu, saat itu dia baru saja menjabat sebagai Menkeu, belum melakukan kerja yang berarti, tapi sudah dapat penghargaan internasional.

Bagaimana hubungan mereka selama ini dengan ‘tuannya’?

Mereka akan selalu memberikan kemudahan bagi pergerakan modal asing untuk menguasai perekonomian Indonesia, termasuk memastikan Indonesia tetap membayar utang-utang lama dan meneruskan pembuatan utang baru. Dengan ketergantungan utang ini, Mafia Berkeley bisa tetap berkuasa karena memungkinkan pihak asing untuk mengontrol perekonomian nasional melalui agen mereka, yaitu Mafia Berkeley.

Bagaimana Mafia Berkeley mempertahankan eksistensinya?

Mereka sudah memposisikan diri sebagai budak Kapitalisme dan agen asing. Mereka akan melayani seluruh kemauan asing yang berkaitan dengan invasi ekonomi untuk memiskinkan Indonesia.

Layaknya sebuah organisasi, mereka akan melakukan ‘kaderisasi’. Bagaimana pola kaderisasi dan pendanaannya?

Kaderisasi dalam Mafia Berkeley telah dipersiapkan secara sistematis oleh kekuatan luar Indonesia. Program kaderisasi yang terpenting di dalam Mafia Berkeley adalah melalui pendidikan untuk orang Indonesia yang dipersiapkan untuk di kemudian hari menjadi alat dari hegemoni dan kepentingan global di Indonesia.

Apa yang menyebabkan mereka hingga saat ini masih bisa eksis?

Karena mereka mampu melayani dengan baik para majikannya dan rakyat tidak menaruh perhatian serius pada sepak terjang Mafia Berkeley. Belum ada aksi protes dalam bentuk massif yang menggugat kejahatan mereka selama ini. Padahal kekisruhan politik akibat kenaikan BBM yang sekarang terjadi, aktor utamanya adalah Mafia Berkeley.

Lalu bagaimana melawannya hingga mereka semua ‘terusir’ dari negeri kita?

Untuk membersihkan Mafia Berkeley di pemerintahan kita harus memiliki agenda yang terstruktur dan berjalan simultan. Hal penting yang harus kita lakukan adalah bagaimana memperkuat opini publik, bahwa penyebab kesengsaraan rakyat hari ini adalah Mafia Berkeley. Jika rakyat ingin keluar dari kesengaraan ini maka Mafia Berkeley harus disingkirkan jauh-jauh dari seluruh aspek kehidupan kita berbangsa dan bernegara. Mereka layak disingkirkan, karena mereka adalah agen asing dan pengkhianat.


Catatan:

Klik link di bawah ini. Diskusinya sangat menarik.

http://hizbut-tahrir.or.id/2008/07/08/mafia-berkeley-pengkhianat/


Tuesday 26 May 2009

JK dan Razia Sepatu di Istana



Sumber: http://jusufkalla.kompasiana.com/2009/03/05/mencintai-produk-dalam-negeri-tidak-boleh-hanya-sampai-pada-semboyan-belaka/#more-9
Razia Sepatu Impor Di Istana
Oleh Jusuf Kalla - 5 Maret 2009 - Dibaca 2148 Kali -

Saat ini begitu banyak pejabat yang sangat senang memaki produk luar dan dia bangga dengan itu karena gengsinya tinggi. Tapi saya mau ingatkan kepada para pejabat atau tamu yang akan bertemu saya di Istana, “Jangan datang ke Istana Wapres bila Anda memakai sepatu merek luar negeri”. saat ini saya sedang gencar merazia sepatu impor yang dipakai tamu yang berkunjung ke kantor.

seperti yang terjadi pada hari ini sebelum saya memulai rapat kordinasi Persiapan Musim Panen” saya memeriksa sepatu tiga menteri yaitu Anton Apriantono (Menteri pertanian), Maria Elka (menteri perdagangan), dan Fahmi Idris Menteri perindustrian, masing masing saya suruh buka sepatu dan memeriksa mereknya ternyata Anton memakai sepatu merek “Deep” buatan bandung, Maria Elka memakai sepatu yang nama pembuatnya dijadikan sebagai merek “Yongki kamalatu” buatan bandung. dan fahmi memakai sepatu dengan merek ”maria Minarti”.

saya sendiri sejak beberapa tahun belakangan ini selalu memakai sepatu buatan dalam negeri, dulu memang pernah saya memakai sepatu dengan merek ”Bally” tapi saya suruh istri saya untuk carikan sepatu yang buatan cibaduyut dan saya gunakan sampai sekarang. begitu juga dengan kemeja, saya tidak punya kemeja dengan merek terkenal seperti : Hugo Boss, Giorgio Armani, benetton dll. dari dulu saya selalu memakai kemeja buatan pabrik tekstil bandung. Mencintai produk dalam negeri tidak boleh hanya sampai pada semboyan belaka tetapi harus dijewantahkan dalam kehidupan sehari hari.

Laporan terakhir, akibat ulah saya yang sering melakukan Razia sepatu kepada Menteri, akhirnya dia mulai ikut-ikutan merazia Dirjen, kemudian Dirjen Merazia PNS, jadi ada efek turun temurun yang mengakibatkan naiknya Omzet perajin sepatu di Cibaduyut hingga 20 sampai 30 persen. Peningkatan yang sama juga dialami oleh produsen sepatu lainnya di Jawa Timur, Jawa Tengah dan jakarta. Ini baru PNS yang diwajibkan, saat ini saya sedang berpikir untuk mengeluarkan Inpres pemakian sepatu produk dalam negeri untuk siswa sekolah, semoga omzet produk dalam negeri bisa mencapai 60 persen.

Share on Facebook
50 tanggapan untuk “Razia Sepatu Impor Di Istana”
  1. R.Ngt.Anastasia Ririen Pramudyawati,
    — 5 Maret 2009 jam 5:55 pm

    Puang..
    ..terimakasih sekali..

    Seluruh diri saya sempat trenyuh (sekaligus menyelinap rasa bangga) suatu hari.. terkait penuturan Bung Inu, salah satu Sahabat Kompasiana.. bahwa Puan senantiasa setia mengantongi pulpen merk PILOT, di saku Puan..
    ..yang Puan pakai untuk menulis apa pun di kertas.. juga menandatangani dokumen tertentu andai tidak disiapkan bolpoint lain.. di Negeri mana pun.. dalam kesempatan apa pun, itu.

    Jujur, petang hari ini saya kembali sadari diri terhenyak di ke”trenyuh”an & kebanggaan yang sama.

    Puan.. saya berhutang kebersahajaan pada Puan..


  2. Novrita,
    — 5 Maret 2009 jam 5:55 pm

    Betul pak…. Semua dimulai pimpinan..
    Jika para pemimpin kita tidak hanya sekedar menhimbau, tapi juga memberi teladan… tentu rakyat juga akan mencontoh.

    Dan dengan dipakai produk olh pemimpin , itu juga merupakan ajang promosi… Dan para pengrajin akan berlomba agar produknya dipakai. Tentu jika produk dengan kualitas jelek, mana mungkin akan dipilih… Sehingga hal ini juga bisa mendorong pengrajin menghasilkan produk dengan kualitas super meski untuk pasar dalam negeri.
    Sudah bukan rahasia lagi, jika produk yang dilempar ke pasar dalam negeri, biasanya adalah kualitas no 2.

    Dengan menggunakan produk dalam negeri berarti kita merangsang geliat ekonomi negeri ini.
    Tolong diproteksi juga pak… agar produk kita tidak dihantam dengan produk masal dari luar…

    Sukses ya pak…


  3. poerbo,
    — 5 Maret 2009 jam 6:03 pm

    Pak JK,selamat sore,mohon kepada Pemerintah agar juga ikut menjaga kualitas produk dalam negeri,katanya sudah ada SNI,ada semboyan “ada harga ada barang”,tetapi kalau sepatu atau sandal dalam negeri (termasuk local assembled) dipakai sebulan terus menjadi buaya alias mangap (bagian depannya terbuka spt buaya mau nangkep ayam),kan ……malu Pak JK !
    Saya pernah beli sepatu,belum dipake se hari,hak belakang copot persis lewat lobby hotel bintang lima,waaah malu ne,untung ngga sama pacar !
    Jagalah Konsumen Pak,pangkaslah biaya siluman yg masuk ke biaya produksi,bimbing dan fasilitasi produsen lokal,yakin kualitas kita ga kalah !
    Terima Kasih,salam !


  4. farid,
    — 5 Maret 2009 jam 6:04 pm

    Salut kepada Pak JK yang sangat menghargai dan bangga menggunakan produksi dalam negeri. Saya pernah membaca tulisan Mas Wisnu nugroho, bahwa Pak JK tidak terlalu suka menggunakan jas, dan pakaian Pak JK berbahan kain katun dan dijahit oleh penjahit di daerah Kebayoran, Jakarta.
    Mungkin juga kalau sedang sholat atau tidur lebih senang menggunakan sarung sutra bugis (lipa sabe).

    Namun jangan sampai tugas bapak sebagai Wapres nambah lagi jadi tukang periksa sepatu dan pakaian para tamu yang berkunjung ke Kantor Wapres (becanda ki Puang hehehe).

    Wassalam,
    Farid
    Tokyo


  5. rizaldo,
    — 5 Maret 2009 jam 6:09 pm

    salut buat pak JK. saya juga bangga menggunakan produk bikinan dalam negeri. ini adalah contoh yang baik bagi majunya perdagangan dan perindustrian dalam negeri.

    kalau bisa pak…semua menteri diwajibkan menggunakan produk dalam negeri. baru masyarakat bisa mengikuti langkah para pejabat kita, yang cinta produk dalam negeri.

    sukses pak…


  6. Agung Nugroho,
    — 5 Maret 2009 jam 6:18 pm

    Mungkin istilahnya harus ditegaskan kembali, bukan “mencintai” tapi “menggunakan” produk dalam negeri, karena sebenarnya mereka-mereka yang membeli produk-produk luar negeri sebenarnya juga memiliki rasa mencintai produk dalam negeri tetapi rasa mencintai terhadap produk luar negeri lebih tinggi. Dan saya kira sektor-sektor yang menguasai hajat hidup orang banyak yaitu sektor transportasi dan komunikasi, walaupun dalam UUD 1945 tidak dikatakan demikian, harus sedikit demi sedikit mulai diambil peranannya oleh produk2 dalam negeri. Karena dalam dua sektor ini aliran dana yang mengalir dari masyarakt sangat besar. Mudahnya saja, seorang PNS yang berjuang keras mengumpulkan uang dan membatasai belanja2 untuk kebutuhan pokonya, demi hanya untuk membeli sebuah mobil buatan Jepang, walaupun mobil itu dirakit di Indonesia, tetapi share keuntungan dari pabrikan akan sangat besar yang mengalir ke negara asal mobil itu. Padahal gaji PNS itu diberikan oleh pemerintah yang merupakan uang pajak dari masyrakat. Di Korea, di mana saat ini saya berdomisili untuk sementara waktu, penggunaan mobil buatan dalam negeri mungkin mendekati 95%. Kemudian hanya telepon genggam merek lokal yang diberikan izin untuk dipakai masyarakat, hanya Motorola yang boleh dipasarkan di sini, saya tidak tau alasannya apa?. Jadi keuntungan dari kedua sektor itu semaksimal mungkin bisa kembali ke dalam negeri. Memang itu butuh proses, tapi tidaklah tidak mungkin.


  7. dian,
    — 5 Maret 2009 jam 6:20 pm

    Halo Pak JK…

    Pertama saya mau mengomentari tulisan Bapak, buat sebuah tulisan judul tulisan Bapak kepanjangan.

    Komentar soal isi tulisan, kalau negara lain juga melakukan hal yang sama gimana, Pak? Kayaknya emang dunia dalam masa krisis ini sedang gandrung-gandrungnya mencuatkan kata Nasionalisme atau Cintailah Produk dalam Negeri, tapi klo nanti ekonomi membaik dikubur lagi kata-kata itu.

    Terus, gimana dengan barang-barang ilegal khususnya garmen yang berharga murah, apakah sudah ditangani dengan baik?

    Salam


  8. chindi,
    — 5 Maret 2009 jam 6:32 pm

    mantappp euy…keluarganya juga harusnya ikut di razia pak…

    semua ada prosesnya lah ya…orang yang sekarang make produk luar negri juga bukan ga mau pake yang dalam negri,,,butuh waktu…

    salut buat orang yang dah biasa make produk luar,,trus skarang beralih ke produk dalem…:)


  9. linda,
    — 5 Maret 2009 jam 7:04 pm

    Pernah suatu ketika, seorang istri menteri, yang suaminya gigih berceloteh tentang produk dalam negeri kepada masyarakat banyak, berguman kepada saya, ” Bayangkan saya harus memakai sepatu dalam negeri… yang murah… untuk apa kalau ternyata MURAH DAN SAKIT??”

    Akhirnya, terjadi ‘joke’ perkataan ‘murah dan sakit’ di antara sesama teman si ibu ini. Semoga saja di era ini, tidak terjadi lagi pernyataan apatis dan congkak semacam itu lagi.

    Para pembuat sepatu di kawasan Setiabudi, dulu saya ingat banyak yang dengan sekuat tenaga mencari sponsor untuk mengikuti kursus membuat sepatu di Italia. Ke mana mereka sekarang ini? Adakah perhatian dari pemerintah untuk memperbesar kecekatan dan ilmu membuat sepatu kepada orang-orang semacam ini?

    Tapi kok saya masih kurang percaya pak JK tidak memakai dasi buatan luar negeri? Setahu saya, dasi Indonesia masih mencong miring dan tidak rapi jahitannya. Dudukkannya di leher pun masih terasa janggal , belum lagi motif kainnya yang sering amburadul. Dasi Brioni, Ferragamo, dlsb, apakah tak ada dalam laci dasi Bapak? Kalau pun toh ada, lempar lah kepada para pembuat dasi. Urusan pemerintah lah untuk membina mereka, untuk menyontek kerapihan dan disain dari merk-merk luar negeri itu dengan kursus yang cermat. Tuntutan pembeli masa kini semakin tinggi. Barang yang buruk tampilannya, tentu tak akan menjadi pilihan utama.

    Masih banyak lagi pekerjaan rumah pemerintah. Memang mudah mengatakan, menganjurkan atau pun setengah memaksa orang untuk memakai produk negeri sendiri. Tapi lihat dulu hasil pekerjaannya? Maka pusat pelatihan untuk mengedepankan produk Indonesia harus lebih diperbanyak dan dijadikan program yang serius. Sepatu buatan Malaysia sekarang banyak yang canggih, dan tersebar pula di pusat perbelanjaan di seputar kita. Jangan kita hanya ngomel batik dicontek mereka. Tapi tirulah kembali apa yang menjadi keahlian dan ketekunan mereka…….

    Kadang kita juga belum bisa kelewat konsekwen mengenakan produk dalam negeri. Tengoklah lampu gemerlap di istana presiden maupun istana wapres misalnya? Bukan kah itu kristal Itali dan Cheko masa lalu? Membeli gordeyn dan kain untuk sofa kursi yang murah, siapa yang tak mau? Tapi akhirnya menang membeli, kalah memakai. Warna cepat pudar, yang serba kotor tetap melekat sulit dibersihkan.., sementara produk milik tetangga jauh lebih baik kualitasnya,meski harga di atas sedikit dibanding harga yang negara kita punya. .. yaaa.., sekali lagi, buntut-buntutnya menang membeli ( karena dianggap murah ), tetapi kalah memakai ( karena tidak awet, dan cepat rusak ).

    Maka sekali lagi, sekali lagi, dan sekali lagi, tingkatkan kualitas produksi, kualitas cara bekerja yang teliti, dan berilah kesempatan dan binaan yang tak kunjung henti bagi orang-orang yang berniat dengan semangat mengangkat harkat produk Indonesia. Permudah izin, hapus pungli, ciptakan berbagai pameran dengan bayar sewa tempat yang murah. Dan ini adalah tugas pemerintah! Salam,


  10. nurtjahjadi,
    — 5 Maret 2009 jam 7:37 pm

    KALAU MENURUT SAYA, BUKAN MASALAH SEPATU BUATAN LUAR NEGERI, BUKAN MASALAH KITA TIDAK CINTA BARANG SENDIRI, TETAPI KITA KEBANYAKAN UTANG, DIKASIH UTANGNYA ITU SEBAGIAN KECIL AJA YANG DALAM BENTUK UANG, YANG SEBAGIAN LAGI, DALAM BENTUK BARANG DAN TENAGA AHLI YANG TIDAK AHLI. TQ


  11. jordan,
    — 5 Maret 2009 jam 8:22 pm

    Kitaaa…?

    Lw Aja Kali

    Gw eNggak

    Ha…Ha…Ha…
    :D


  12. arul,
    — 5 Maret 2009 jam 8:52 pm

    semoga semua pemimpin di Indonesia begitu, dan diikuti pula oleh rakyatnya.
    selain peningkatan penggunaan produk dalam negeri, juga mestinya seiring dengan peningkatan kualitas ;)


  13. Ali Y,
    — 5 Maret 2009 jam 8:58 pm

    Salut salut salut buat pak JK, mudah2an ini bisa dicontoh oleh rakyat, dan jg kualitas produk dalam negeri kalo bisa lebih ditingkatkan lagi.


  14. Bangun Purwono als bepe1912,
    — 5 Maret 2009 jam 9:31 pm

    Selamat dan sukses pak JK;

    Saya senang dan bangga karena Bapak seorang pemimpin yang memberi contoh dengan mencintai dan menggunakan produk negeri sendiri.

    Semalam saya lihat di Metro TV bapak sedang diwawancara oleh Najwa Sihab, yang memberi giliran setelah pak Sby bicara bagai berlian tempo hari.

    Penting…! Saat ini duet Sby-Jk, bak “tumbu oleh tutup” klop, saling mengisi dan menutupi kelebihan dan kekurangan masing-masing.

    Jikalau SBY-JK tetap solid, karena toh modal sudah cukup, pernah ada BLT, dan KUR, PNPM, dan lain sebagainya untuk kesejahteraan rakyat, maka tema perjuangan untuk lima tahun ke depan adalah pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana jalan darat dari Sabang sampai Merauke, pemerataan pembangunan, pembuatan kapal-kapal feri untuk penyeberangan secara besar-besaran, toh PT. PAL kan jagonya, agar tidak ada lagi berita-berita tenggelamnya kapal karena faktor cuaca dan kapal yang sudah tidak layak melaut.

    Bahwa yang perlu dilaksanakan Sby-Jk, besok pagi setelah bangun tidur adalah sebagai berikut:

    1. Panggil semua pihak terkait lumpur lapindo; hitung berapa kerugian material dari peta terdampak maupun tak terdampak, kemudian minggu depan bayar secara tunai dengan dana darurat, lain-lain dapat diselesaikan sambil makan siang dengan pak Bakrie. Ingat disana semua manusia sudah stress, jangan sampai pada bunuh diri seperti kasus Sarijaya.

    2. Segera TENDER-KAN jembatan PUJAKESUMA di selat Sunda, karena di pelabuhan setiap hari bensin, solar, elpiji, biodisel, bioetanol dan lain-lain menguap sia-sia menunggu antrian masuk feri. Tak perlu bicara budget, karena kita hanya modal teken dan stempel, berikan konsensi yang memadai ke ribuan konsorsium yang antri dari “dalam negeri” dulu tentunya, kalau mereka angkat tangan baru ambil dana yang sudah pergi ke luar negeri bersama “editansil”.

    3. Ingat…Ingaat…, pada dua point diatas, semua rakyat yang terlibat sudah stress di level yang paling tinggi…. (nanti bisa-bisa Bapak berdua dibilang melanggar HAM lho…).
    Kalo tidak percaya…, pak JK kan protokolnya agak longgar, COBA DEH…, nylonong ke dua lokasi dimaksud dan bicara langsung dengan mereka… pasti pada menjerit…

    Tunggu apa lagi pak, masukan yang lain menyusul ya…, tidak mahal honor konsultasinya kok.

    Terima kasih. Semoga sukses. Majulah Bangsaku. Bersama “rakyat” kita bisa. Kata pak Jk ke Mbak Najwa.


  15. Bambang Darmanto,
    — 5 Maret 2009 jam 9:37 pm

    Akan lebih baik jika peraturan tersebut juga diterapkan kepada orang2 di partai GOLKAR yang bapak pimpin, bukankah orang Indonesia biasanya menuruti apa yang dikatakan pemimpinnya alias ABS ?
    Jangan lupa juga mengingatkan kepada pengusaha untuk tetap menjaga kualitas produk barang yang mereka hasilkan, karena banyak barang produk dalam negeri yang kualitasnya menurun ketika banyak yang sudah memakai/,e,beli, sehingga akhirnya beralih ke produk luar negeri.


  16. imronsuharsono,
    — 5 Maret 2009 jam 10:00 pm

    Salam..
    Pak JK… kalau sudah terbiasa periksa sepatu para menteri … nanti tidak usah dibuka sepatunyapun Bapak sudah tahu… dari bunyi hentakan sepatu ke lantai kantor Bapak… ini trik untuk mengefisienkan waktu rapat pak… jangan sampai rapat molor gara2 masalah buka sepatu… untuk periksa… wassalam


  17. eviwidi,
    — 5 Maret 2009 jam 11:22 pm

    Wah..komentar Mba Linda lebih panjang dari postingannya Pak JK…:)

    Yah.. cinta produk dalam negeri memang harus di galakkan Pak, biar orang kita tidak western minded terus…produk kita gak kalah kok sama produk luar, jaket kulit garut, kain sutranya, juga sepatu-sepatunya…

    Saya sudah membiasakan diri di kantor pakai batik, apalagi sekarang model baju batik sudah trendy dan gaya, banyak pilihan lagi..

    Seperti juga kata Pak Alim Markus, cintailah ploduk-ploduk dalam negeli…


  18. Sigit Kurniawan,
    — 5 Maret 2009 jam 11:38 pm

    — tentunya termasuk mencintai rakyatnya sendiri, sumber daya alamnya sendiri. Tidak sebaliknya, justru sumber daya alam milik rakyat Indonesia ini dikuasai dan sebagian besar keuntungannya justru di serap oleh orang-orang asing. sementara, rakyat sendiri menderita kemiskinan dan kelaparan karena kekayaannya ‘direbut’ oleh tangan-tangan asing dan tangan-tangan serakah saudara sendiri….


  19. otto santosa,
    — 5 Maret 2009 jam 11:49 pm

    yang mulia bapak wakil presiden, seberapa berani pemerintah kita memberi proteksi thd barang jadi impor? seberapa kuat petugas pabean mampu menahan godaan suap dan sogok? baru mau dipanel WTO aja sdh kalangkabut. yang sudah2 mah kami gak percaya. maaf ya pak. gimana industri tekstil, garmen, sepatu lokal gak modar kalau keran impor menggelontor baik yang resmi maupun siluman? peniti, jarum pentul, radio saku, barang2 yang teknologinya enteng aja kalah saing harga dengan china punya barang? lagian kagak usah dicontohin sama yang mulia bapak wakil presiden juga, kami mah cuma mampunya beli sepatu cibaduyutan, pakean made in binongjati bandung, beras made in karawang, ikan made in waduk cirata, piknik juga ke ancol bukan ke hawaii, dll, boro2 nyekolahin anak keluar negeri bayar yang lokal aja susah karena bebas spp tidak berarti bebas biaya kan? yang mulia bapak wakil presiden gak usah ngajari kami soal hidup sederhanalah……….. aku gak suka !


  20. vincentliu,
    — 6 Maret 2009 jam 2:42 am

    semoga dapat ditiru oleh seluruh masyarakat Indonesia pak!,minimal semua pegawai negri diseluruh Indonesia dapat mencontoh Pimpinannya,ngomong-ngomong bukan sedang kampanye kan ,Pak?

    salam dari helsinki


  21. bambang p.s.,
    — 6 Maret 2009 jam 7:33 am

    Menganjurkan memakai produk Indonesia bagus, namun juga harus dibarengi dengan standar mutu yang terjamin. Budaya dikita memang kadang kala aneh, sewaktu mengejar produk-produk pertama dibuat sebagus mungkin namun setelah lama berjalan (dan apalagi kalo sampai di proteksi) maka mutu langsung anjlog (jatuh). Jadi quality control harus ada. Juga pemilihan produk-produk apa yang jadi prioritas harus dilakukan segera.
    Komentar bung Otto di atas memang benar, kenapa kita tidak bisa menghasilkan barang-barang yang relatif sederhana namun banyak dipakai sehari hari seperti jarum pentul, peniti bahkan klip kertas dan paku payung? Ini heran, pangsa pasar besar, bahan baku ada (alam kita kaya raya), SDM ada, teknologi ada, lalu apa lagi? Mungkin……mungkin lho….. tdk ada kemauan dari pemerintah dan pengusaha saja (karena untung kecil?). Salam


  22. yulyanto,
    — 6 Maret 2009 jam 8:50 am

    Agak kaget juga lihat bapak Wapres kita ini mau Nge-blog,
    tapi buat kompasiana tak ada yang tak mungkin, semuanya menjadi mungkin………

    Nampaknya kompasiana akan semakin menjadi icon para blogger ternama di tanah air…….

    Salam kenal dan selamat bergabung buat pak JK,
    kami tunggu sharing-sharingnya yang mencerahkan..:-)

    http://www.yulyanto.com


  23. isna,
    — 6 Maret 2009 jam 8:57 am

    Assalamualaikum pa JK, alhamdulillah, trnyata petinggi kita udah banyak yang cinta produk dalam negeri, saya hanya berharap ini akan terus berlanjut, bukan hanya sebagai ajang mempromosikan diri untuk mendapatkan dukungan, dan sebagai permainan politik saja.
    pa JK, ajak juga para petinggi dan keluarga untuk menggunakan pakaian, tas dan yg lainnya hasil produk dlm negeri, dan promosiin barang dari luar daerah juga, sperti kepulauan lainnya yang kaya dengan barang - barang kerajinannnya dan pa JK bantu untuk memperbaiki kualitas barang tersebut sehingga barang dalam negeri tidak sebagai barang “murahan”
    Trimakasih Pa ya, Wass


  24. Ganang Tidarwono Soedirman,
    — 6 Maret 2009 jam 9:20 am

    Lanjut terus Pak, selain mencintai produknya, cintailah juga yang membuat produk tersebut karena masih banyak yang terluput dari penglihatan Bapak…


  25. iskandarjet,
    — 6 Maret 2009 jam 10:14 am

    Saya usul nih pak: setiap menteri dan anggota dpr diwajibkan selalu pakai produk buatan dalam negeri. mereka boleh2 aja belanja waktu kunjungan ke luar negeri, tapi tidak boleh dipakai buat kerja.

    Nah sebagai hukumannya, siapapun yang ketahuan pakai produk luar negeri, langsung DIPECAT aja biar kapok.

    Gmn?


  26. adi65,
    — 6 Maret 2009 jam 10:40 am

    weleh-weleh……yang suka belanja keluar negeri juga istri pejabat…..ato ..istri anggota dewan yang terhormat


  27. dwiki setiyawan,
    — 6 Maret 2009 jam 11:36 am

    Muantab Pak JK. Judul postingannya puanjang, namun isi postingan pendek. Di atas kesemuanya, pesan yang ingin disampaikan ke publik, maknanya panjang dan bernas!

    Setuju dech dengan isi postingan Pak JK. Sudah sejak jaman sebelum jadi menteripun, saya perhatikan Pak JK atau Kak Ucu ini sederhana dalam penampilan keseharian dan bangga akan produk negeri sendiri.

    Sampai sekarang hal seperti itu tetap konsisten dipertahankan. Yakin usaha sampai….

    *dari keluarga Laskar Hijau Hitam*


  28. Syaiful Anwar,
    — 6 Maret 2009 jam 12:06 pm

    Instruksi Bapak tentang penggunaan sepatu buatan dalam negeri yang harus dipakai oleh pejabat negara itu sudah tepat.Tetapi bagaimana dengan rekan2 Bapak sesama pengusaha terutama pengusaha dalam bidang otomotif yang dengan bangganya mengumumkan peningkatan penjualan produk buatan luarnya sebagai prestasinya.Disertai gaya hidup seperti kepemilikan mobil pribadi dengan merek terkenal dari luar negeri dan tentu harganya cukup fantastik.


  29. viant,
    — 6 Maret 2009 jam 4:06 pm

    yang pasti masyarakat gak bodo..,kalau produk dalam negeri bagus pasti dibeli (dalam arti quality bukan kuantiti / mutu bukan jumlah), sekarang masalahnya banyak yang kepingin beli produk dalam negeri tapi selalu dihadapi quality yang mengecewakan.., ya mau bagaimana lagi.., contoh produk2 cina baik yang legal maupun ilegal yang ada di indonesia mereka sudah memperbaiki quality ditambah quantity (untuk pasaran terjangkau), jadilah di pasaran produk cina ini mudah didapat, kualitas setingkat lebih baik dan akhirnya berpengaruh pada harga yang muarah karena jumlah yang banyak tersedia (hukum ekonomi semakin banyak barang semakin murah harganya), jadi tolong pak yang ada di pemerintahan ini baik langsung atau tidak langsung di bantulah para pengusaha lokal ini.., dalam arti.. kenapa ada quality bagus karena pengerjaanya menggunakan teknologi yang sudah lebih baik, nah.. permudahlah para pengusaha lokal ini untuk mengadakan teknologi itu, seperti sablonan kaos.. kita bisa lihat merk2 luar billabong, volcom.. dll mereka punya sablonan bagus sekali quality nya karena apa.. peralatan sablon mereka bagus.. dan bahan2/material kerja mereka bagus, jadi itu saja semakin pemerintah membantu kemudahan untuk perlengkapan usaha dengan quality yang bagus saya yakin dengan sendirinya akan menghasilkan produk yang bagus dan masyrakat pasti membeli produk tersebut


  30. Taufik H Mihardja,
    — 6 Maret 2009 jam 4:14 pm

    Usul Pak, bagaimana kalau Pak JK mendorong beberapa menteri untuk ngeblog di Kompasiana juga. Saya pernah mendengar Ibu Mary Pangestu ingin ngeblog. Kalau beliau join, beliau bisa sharing tentang industri kreatif yang ingin dijadikan suatu bumper saat terjadi financial turbulence ini.
    Usulnya sederhana saja kan, Pak. Sekali lagi terima kasih atas kesediaan Pak JK bergabung dengan Kompasiana.


  31. linda,
    — 7 Maret 2009 jam 12:05 am

    Di ujung jalan Kemang Timur Jakarta Selatan, ada seorang ibu keturunan Tionghoa yang sudah puluhan tahun membuat sepatu dan tas. Tamu-tamunya, selain orang Indonesia, adalah orang Jerman, Singapura, Brunei, Amerika, Australia dan Itali.

    Hebatnya, beberapa pasang sepatu sering dipesan oleh keluarga Itali, untuk dibawa ke Itali! Bangga sekali saya melihatnya. Pernah dulu saya memesan sepatu, saya minta disulam dengan nama saya di sekeliling sepatu saya. Lucu dan bagus sekali jadinya. Kebetulan waktu itu Pak Basofi Sudirman ke Istana bersama rombongan Departemen Dalam Negeri. Dia sempat terbelalak ketika melihat sepatu saya bertuliskan linda linda linda linda….
    Katanya, “Wadduuuh, bikinin gue dong tulisan basofiiiiiiiii… !!” Ibu Sudharmono ketika jumpa dengan saya di Istana juga sempat berdecak melihat tas saya yang cantik. Semula ia tak percaya ini buatan rumahan di Kemang. Alamatnya pun sempat ia catat.

    Tapi seberapa banyak orang seperti si ibu Tionghoa itu di sini? Seberapa besar modal mereka? Seberapa tahan mereka menjaga kualitas sekaligus mengontrol hasil akhirnya? Sekali lagi, ini benar-benar tugas pemerintah - kalau memang masih ingin memiliki target dalam skala besar.


  32. Ninalevi,
    — 7 Maret 2009 jam 4:07 am

    Saya setuju imbauan bapak,terus terang sudah hampir 6 tahun,saya berada di luar Indonesia,menjualkan barang-barang produksi Indonesia,Tidak sombong selama saya produksi 13 tahun pembeli barang saya boleh dikata hanya kalangan atas negara-negara yang saya export,dari mulai tempat peristirahat salah satu mantan presiden di Eropa Timur,dan sekarang di salah satu benua Amerikapun pembeli saya sama.Hanya itu karena nama yang terpuruk dan pikiran orang tentang produk Indonesia,dengan berat hati produk saya sering di katakan dari negara yang terkenal akan produk ini.Ujung-ujungnya saya tetep tidak dapat mencicipi manisnya kelebihan harga,karena untuk pengakuan ini tidak sedikit harus membayar pengeluaran.Setiap saya pulang ke Indonesia,saya sedih hampir 6 tahun terakhir industri-industri berguguran disana,yach itu banyak orang Indonesia sendiri tidak bisa percaya produk kita bagus.Memang saya akui produk bagus tidak bisa banyak menekan cost produksi,karena sering kali kita harus memakai tambahan import untuk produk tidak masalah,saya selalu mimpi agar bahan-bahan penunjang produksi buatan Indonesia akan lebih baik mutunya,untuk bisa kwalitas baik.Tetap saya salut dengan Bapak jika di pratekkan tidak hanya sekedar bicara atau himbauan aja.Jika tidak di bantu memasarkan dalam negeri akan semakin banyak PHK nantinya,karena negara-negara majupun menghimbau untuk mengunakan produksi dalam negeri,Setelah meraja relanya produksi import dari negara China beberapa tahun lalu,satu persatu produksi negara majupun berguguran.Produk yang paling menguasai kehidupan orang banyak memang sebaiknya tidak usah mengimport,biar ada perputaran rantai ekonomi di dalam negeri.Sayangnya saya masih melihat banyak barang-barang import di Indonesia di jual murah,harus di cari cela untuk barang-barang ini tidak bisa menjatuhkan produksi dalam negeri.Walaupun mereka mengaku itu buatan Indonesia tetap sebagai orang yang domisili di Luar Indonesia,dan saya bergerak di produksi juga saya bisa bedakan barang produksi Indonesia dan dari china ini,dan itu di jual di counter-counter mall besar di Jakarta,di negara saya tinggal sekarang buatan china corak,model,bahan semua sama dan di negara Indonesia buatan Indonesia,ini juga perlu di perhatikan pak,memang produksi berat,mengurusi orang sekian banyak,lain kita import dan ganti merk,logo,atau made in,hanya produksi banyak memberikan lapangan pekerjaan,dan hal ini juga yang harus di katakan ke rakyat Indonesia terutama di kalangan bawah,umumnya mereka suka membeli barang murah,yang kelihatan buatan Indonesia padahal itu hanya kelihatan aja,mereka juga harus di sadarkan bahwa jika mereka membeli itu semua artinya mereka sama aja ikut serta membuat bangkrut.yang paling utama customnya,karena mereka merupakan ujung tombak masuknya produksi murah meriah,yang berganti nama buatan Indonesia.


  33. didin,
    — 7 Maret 2009 jam 6:30 am

    kalau rakyat sudah melihat pemimpinnya bisa menjadi contoh (cinta produk negeri sendiri) saya yakin rakyatnya akan mengikuti,


  34. mariam,
    — 8 Maret 2009 jam 9:37 pm

    Salut Pak JK…….selalu memakai produk dalam negeri, nanya nih pak, apa Istri dan anak-anak Pak JK juga begitu?semoga saja….
    Btw, garment import dari cina (katanya ilegal) tapi kok ya bisa didapati dengan mudah di setiap sudut pusat grosir jakarta ya? baik itu tanah abang, mangga dua dan cipulir. yang bangsa beginian ini pak yang membunuh produk garment lokal. kok bisa lewat di imigrasi ya? perlu diusut pak, trus kok nggak di razia aja toko-toko yang menjual barang ilegal tersebut?


  35. Bayu Probo,
    — 11 Maret 2009 jam 11:16 am

    Kalau Pak JK pakai produk dalam negeri dan para menteri dirazia. Istri, anak, dan cucu Pak JK juga dirazia juga?


  36. DeJevo,
    — 12 Maret 2009 jam 12:08 am

    dari jaman SMA saya sudah pake sepatu buatan Bandung, juga produk lainya,seperti tas dan dompet…
    Eiger made in Bandung, kualitas dan gaya boleh lah…hehe


  37. wiwid raharjo,
    — 12 Maret 2009 jam 1:11 am

    Salut buat p JK.
    ….
    Lebih bagus lagi waktu razia disiarkan melalui TV, biar semua masyarakat Indonesia tahu, bahwa Pemimpin kita memakai produk dalam negeri.

    he…h….h


  38. Wapres Ngeblog Juga Ya!,
    — 12 Maret 2009 jam 10:15 am

    [...] tulisan ini diturunkan terdapat delapan tulisan diantaranya; Assalamu Alaikum.., Razia Sepatu Imfor Di Istana, Hak Mengklaim Keberhasilan Pemerintah, Saya dan SBY Seperti Bermain Musik JAZZ.., Mengapa Saya [...]


  39. catur anindhito,
    — 13 Maret 2009 jam 1:50 am

    bagus pak…


  40. Vindemiatrix,
    — 14 Maret 2009 jam 1:57 am

    Memberikan contoh cinta produk dalam negeri adalah hal yang baik, ttp memaksa untuk memakai produk dalam negeri adalah tindakan yang tidak terpuji. “Pakailah yang nyaman menurut anda”.


  41. robet,
    — 20 Maret 2009 jam 10:48 am

    bagus pak….memang contoh yang baik harus dari yang lebih tua terlebih dahulu..hehehe….kalau bisa hukum aja pejabat yang datang ke kantor bapak wapres yang menggunakan sepatu merk ‘luar’, hukumannya suruh menulis ‘Saya Cinta Produk Indonesia’ sebanyak 1000 halaman, biar kapok!


  42. Juthai,
    — 25 Maret 2009 jam 10:07 pm

    Saya setuju pak..! kita bangun perekonomian rakyat… bukankah dengan membeli produk dalam negeri turut menciptakan lapangan kerja.
    klo pns di gaji oleh negara kenapa tidak.. harus cinta terhadap hasil karya dalam negeri…
    intinya saya sependapat dengan bapak… hanya jangan alat elektronik aja! biasa ke mesin ketik saya pak he… he… salam kenal pak.. dari kalimantan pedalaman.


  43. doby,
    — 26 Maret 2009 jam 5:45 am

    maunya sih pakai produk dalam negeri tapi jadi berubah pikiran .lah wong produk luar aja lebih murah dan kualitasnya tidak kalah dengan produk lokal membanjiri indonesia. itupun kadang masih bisa dengan cara kredit. ya jelas jadi ketagihan produk luar


  44. Puput Agus,
    — 30 Maret 2009 jam 12:15 pm

    Memang produknya dalam negri tapi bahan bakunya kalo masih dari luar…. sama aja harganya malah lebih tinggi dari pada produk luar yang sekarang banjir di pasaran. Mestinya bahan baku yg dibutuhkan para Produsen juga diperhatikan, agar mereka juga bisa bersaing.


  45. Wapres Ngeblog - Sunan Gunung Djati,
    — 2 April 2009 jam 10:57 pm

    [...] tulisan ini diturunkan terdapat delapan tulisan diantaranya; Assalamu Alaikum.., Razia Sepatu Imfor Di Istana, Hak Mengklaim Keberhasilan Pemerintah, Saya dan SBY Seperti Bermain Musik JAZZ.., Mengapa Saya [...]


  46. muramasa,
    — 5 April 2009 jam 11:18 am

    saya pikir tidak perlu sampai mengeluarkan inpres penggunaan produk dalam negeri selain kesannya tidak demokratis tapi cenderung proteksionisme namun begitu obama pun membuat Bill ttg penggunaan produk dalam negeri.

    yah untuk tahap awal dgn cara keteladanan seperti yg ditunjukkan JK pada menteri nya sdh bagus&harus dilanjutkan.

    oh ya ternyata produk2 yg bermerk internasional itu tidak semua produk luar negeri cuma cap nya aja yg internasional tapi capnya aja dibuat di jawa apalagi bahannya.


  47. Rizki Ardi M,
    — 16 Mei 2009 jam 2:45 pm

    setuju Pak, tanamkan kebanggaan terhadap produknya, secara tidak langsung akan menumbuhkan kebanggaan terhadap bangsa dan tanah air sendiri…


  48. Nusantaraku,
    — 17 Mei 2009 jam 3:09 am

    Salah satu prestasi besar pak JK untuk negeri ini.
    Tidak perlu iklan besar, tapi sebagian masyarakat akan tahu prestasi ini.
    Ngomong-ngomong, boleh tahu gak pak JK pake HP apa yah?
    Trims


  49. kdharmawan,
    — 22 Mei 2009 jam 4:20 pm

    Dulu juga pernah menganjurkan utk kalau periksa kedokter di Indonesia,
    tapi kenyataannya teladannya koq agak lain ya


  50. mulyadi,
    — 23 Mei 2009 jam 10:41 am

    memang harus begitu puang….Maju trus puang.. Ewako…

Jusuf Kalla Kecewa kepada Sri Mulyani


Selasa, 26 Mei 2009 | 14:31 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Suhartono

LAMPUNG, KOMPAS.com — Wakil Presiden Jusuf Kalla tak tahan untuk menyembunyikan kekecewaannya saat mengetahui bahwa proyek pembangunan PLTU Tarahan di Lampung terpaksa tertunda karena masalah pendanaan. Departemen Keuangan di bawah kepemimpinan Sri Mulyani dipandang kurang sigap dalam menyelesaikan masalah yang terkait dengan proyek ini.

"Jelaslah saya kecewa dengan keterlambatan proyek ini karena Depkeu tidak tanggap hanya karena persoalan tingkat bunga yang selisihnya kecil," tandas Kalla saat berkunjung ke PLTU Tarahan, Dusun Kebalang, Desa Tarahan, Kecamatan Katibung, Lampung Selatan, Lampung, Selasa (26/5) siang.

Wapres menjelaskan, pangkal penundaan proyek berkapasitas 2 x 100 MW yang merupakan salah satu dari sekian banyak proyek listrik 10.000 MW tersebut terjadi karena kesepakatan tingkat bunga antara pemerintah dan bank konsorsium yang menemui jalan buntu. Sayang, Wapres tak mengungkapkan berapa selisih penetapan tingkat bunga tersebut.

Konsorsium dari pembangunan proyek PLTU berbahan bakar batu bara itu terdiri atas Bank Mandiri, BNI, dan BRI. Dibangun oleh PLN yang bekerja sama dengan PT Adi Karya, nilai proyek PLTU itu mencapai 154,27 juta dollar AS dan Rp 595,1 miliar.

Lebih lanjut, untuk mengatasi penundaan ini, Wapres langsung meminta Menteri Negera BUMN Sofyan Djalil dan pihak bank konsorsium untuk menyelesaikan kesepakatan tingkat bunga dalam waktu satu minggu. "Saya tidak mau keterlambatan ini lebih dari enam bulan. Kalaupun terlambat, PLTU ini paling telat enam bulan," ujar Wapres.

Disebutkan, unit I proyek ini seharusnya dapat rampung pada April 2010, sedangkan unit II ditargetkan rampung pada Juni 2010. Padahal, menurut Direktur Perencanaan PLN Bambang Praptono, hingga April 2009 proyek yang seharusnya sudah mencapai 59 persen baru rampung 26 persen. Sementara itu, untuk merampungkan 33 persen sisanya dibutuhkan waktu satu tahun.

Komentar tentang Keterlibatan TNI dll dalam Pilpres

Tim Garuda Siap Adu Strategi Menangkan JK-Wiranto
Ramadhian Fadillah - detikPemilu
Jakarta - Sejumlah purnawirawan jenderal membentuk Tim Garuda dan mendukung pasangan JK-Wiranto. Tugas utama mereka penggalangan massa dan menyusun strategi pemenangan (Think Thank) pasangan capres-cawapres JK-Wiranto. ( rdf / fiq )

Komentar terkini (42 Komentar)
Nasionalis Sejati, Sadarilah.. hai Pendukung SBY...apakah dengan Hutang yg berTrilyun2 dan anda bisa bergaya, Bersolek dandan dgn topeng kebohongan di depan Rakyat yg menderita anda Puas...Jangan Siksa Rakyat ini dengan Rezim Hutang Terbanyak di Dunia.rakyat bohongi dngna Uang BLT hasil Hutang Belum lagi Tumbal-tumbal Bencana ( Mulai dari Tsunami Aceh, Gempa Yogya, Merapi Meletus, Lumpur Lapindo,Lion Air Jatuh, Kapal Tenggelam, Hercules Jatuh, Situ Gintung)Selama SBY Bencana trusss... Bencan Terbesar yaitu dan Bangsa ini terjajah sekarang Saatnya Harus ada Perubahan dan Mandiri.KAMI SIAP Warga Depok Mayoritas Mendukung JK-Win Untuk INDONESIA MANDIRI oleh Kemajemukan Bangsa Nusantara. Amin.


Goen, Dibawah kepemimpinan SBY terbukti hutang Indonesia bertambah banyak. Sekarang hutang pemerintah mencapai Rp 1.695 Triliun. Artinya apa? APBN kita yg seharusnya dipakai untuk pembangunan dan mensejahterakan rakyat terpaksa dipakai untuk membayar cicilan hutang dan bunga. Wahai pendukung SBY-Boediono ....berpikirlah kembali untuk mendukung SBY demi masa depan Indonesia yg lebih baik. Pilih calon yg mengusung kemandirian bangsa spt JK-Win

WIRANTO, Siapapun warga negara boleh berpartisipasi politik. kecuali PNS dan Tentara aktif. Kami menjalin kekuatan yang ada. Tugas Intelenjen Network membuat pemetaan teritorial, Inventarisir alumni koramil, Babinsa, Penggalangan relawan. Penyebaran issue positif. Penggalangan massa utk pergerakan. SEMUA DEMI KESEJAHTERAAN RAKYAT dan HARGA DIRI BANGSA yang MANDIRI. Rakyat jangan lagi dibohongi oleh karena Memori mereka terlalu pendek utk MENGINGATKAN KINERJA PEMERINTAHAN 5 TAHUN KEMAREN. JK-WIN berjuang dengan me-wakaf-kan diri demi rakyat.

martabat, Hidup JK-Win, dan para mantan jendral, masak sekarang ini negara kita selalu dilecehkan,, TKI di malaysia, timteng diperkosa, dibunuh, mahasiswa kita yg nanti bisa jadi assset bangsa di bunuh di spore , bangsa ini diam saja,,,ndak punya nyali dan martabat,,,,mana berani singapore macam-macam sama pembantu rmh tangga pilipina,,,, mana ada pesawat philpiina , thailand, afrika kecelakaan tiap bulan....sungguh memalukan bangsa kita dihadapan negara di dunia. kita tdk suka perang...tapi kita lebih suka disegani


wahyudi jaya, Pilpres mendatang menarik karena 3 hal: 1) terjadi pertarungan ideologi antara ideologi neoliberalisme melawan ideologi kerakyatan, 2) pertarungan antara jenderal melawan jenderal, 3) menguatnya kedaulatan rakyat yang ditandai dengan besarnya angka pembelotan dan golput. Ketiganya akan menjadikan pilpres 2009 rentan terhadap konflik vertikal dan horizontal yang bermuara pada kesengsaraan rakyat. Betapa bangsa ini justru mengalami setback setelah 10 tahun reformasi. Tragis!

Tangan Kanan JK_WIN, Mengapa elektabilitas JK Naik? JK orangnya Genuin, Asli (tidak dibungkus), cepat dalam mengambil keputusan, mau bertanggung jawab (ketika BBM harus naik, JKlah yg mengumumkan, tapi ketika BBM diturunkan SBY yg maju), Punya harga diri sebagai bangsa. sementara itu SBY (Sok Berwibawa laYaw), palsu (sok jaim, sok kalem, sok tenang, penuh kepalsuan, biar disukai ibu2), lamban dalam mengambil keputusan, pengecut (braninya ngumumin penurunan harga BBM). Jadi jika anda adalah rakyat yg berusaha memberi penilaian obyektif (bukan subyektif), maka JK adalah orang yg pantas memimpin Indonesia ke depan.

fero, Krn rakyat udah pinter, sudah bisa bedakan mana yg retorika terus dan sibuk menjaga citranya dan mana yg nggak jaim apa adanya serta sudah benar2 terbukti bekerja utk negara selama 5 tahun in



Ahmad, popularitas SBY semakin lama akan semakin menurun, karena semakin terlihat aslinya yang cuma bisa memoles diri, pesolek, tebar pesona, sok kalem, sok terzolimi, sok berwibawa, padahal bisanya cuma itu. tidak bisa bertindak cepat, tepat dan cermat untuk rakyat. emang siy rakyat indonesia mayoritas masih terpesona sama bungkus tapi yaitulah isi yang tidak berkualitas lama2 akan ketahuan juga, semoga yang terpilih nanti adalah pemimpin yang benar2 bertindak cepat, cermat untuk rakyat, bukan yang pro pada pihak asing, Yahudi, Amerika dan antek2 nya..!!!!!!!!!!!!!!!

nabil, kesalahan terbesar SBY memilih budìono. yg di ajak debat sama kwik takut. di TV ONE mau di hadirkan lawan juga di tolak sama tim sby. apa pimpinan kaya gini yg akan kita pilih. cape deh..,!
ProJK, Ayo pak JK, jangan sampai bikin blunder seperti yg dilakukan Megawati, koalisi PD dan partai2 Islam jangan sampai menang... Seperti yg bung Fahmi Idris bilang: PD berkoalisi dengan partai2 Islam sangat berbahaya bagi NKRI..

Dede M. Yusuf, itu tdk benar mas surip. keluarga besar saya adalah pemilih sejati pks. tapi dlm hal ini, melihat gelagat yang ada; sby seperti mempermainkan mitra koalisi dan pemilihan budiono sbg cawapres, keluarga besar kami terbelah menjadi dua kubu, pro sby dan pro jk. utk anggota legislatif kami masih percaya. tapi utk elit partai kami tdk yakin dg keputusan utk mndukung sby budiono adlh keputusan yg baik, wallahu alam. sy pribadi lbh memilih JK-Win

andhika, Suripto, kamu dapat data dari mana, lha wong sik kepingin milih SBY tuh cuma pengurus DPP yg sdh jadi jongosnya SBY kok, bagi simpatisan PKS seindonesia ayo kita dukung JKWIN, jgn mau dikibuli suripto cs yg gila jabatan dan duniawi, sudah kebelet korupsi kali.......

SIMPATISAN PKS, KOK NGITUNGNYA SEDERHANA BEGITU PAK, MAAF PAK SURIPTO KAMI TIDAK MAU TERLALU BANYAK OMONG,KAMI TAKUT PARTAI KAMI MAKIN DICACI MAKI ORANG, JUJUR SAJA PAK BANYAK KADER DAN SIMPATISAN PKS SEKARANG PILIH JK-WIN, DENGAN ALASAN ISTRI JK-WIN BERJILBAB DAN INI SESUAI DENGAN AQIDAH ISLAM DAN SESUAI DENGAN DAWAH PKS TENTANG KEISLAMAN. CUMA KAMI2 TIDAK MAU BANYAK KOMENTAR.....MOHON MAAF PAK SALAM BUAT PAK TIFATUL DAN KH.HILMI,KAMI MILIH BERDASARKAN AQIDAH KAMI...

kader inti, saya dukung JK-WIN koq saya dukung JK-WIN koq saya dukung JK-WIN koq saya dukung JK-WIN koq saya dukung JK-WIN koq saya dukung JK-WIN koq saya dukung JK-WIN koq saya dukung JK-WIN koq saya dukung JK-WIN koq.

kader inti, saya dukung JK-WIN koq saya dukung JK-WIN koq saya dukung JK-WIN koq saya dukung JK-WIN koq saya dukung JK-WIN koq saya dukung JK-WIN koq saya dukung JK-WIN koq saya dukung JK-WIN koq saya dukung JK-WIN koq!!!!

OPORTUNIS, Nyesel dukung PKS di pemilu lalu, ini partai mencla-mencle, Oportunis, Munafikun. Nggak punya pendirian. Mudah-mudahan tambah banyak yang tidak dukung.



JK dan Kebijakan Energi

JK-Wiranto Dinilai Paling Konkret Kembangkan Sektor Energi
Nurseffi Dwi Wahyuni - detikFinance


Foto: dok Detikcom
Jakarta - Pasangan capres dan cawapres mana yang dinilai paling bisa mengembangkan sektor energi ke depan? Di mata pengamat, pasangan JK dan Wiranto ternyata dinilai paling memiliki visi dan misi yang konkret meski masih terlalu pragmatis.

Menurut pengamat perminyakan Kurtubi, Jusuf Kalla dan Wiranto dinilai sebagai pasangan capres dan cawapres yang akan membawa perubahan di sektor energi dan pertambangan. Sedangkan dua capres lainnya, yaitu SBY dan Megawati yang sudah pernah memimpin dinilai telah melakukan kekeliruan pada masa pemerintahannya.

"Yang paling mungkin untuk melakukan perubahan di sektor energi dan pertambangan adalah JK-WIN," jelasnya dalam pesan singkatnya kepada detikFinance, Selasa (26/5/2009).

Menurut Kurtubi, selama masa pemerintahannya, SBY dan Megawati dinilai telah melakukan kekeliruan dalam melakukan pengelolaan energi dan tambang.

"SBY-Boediono dan Megawati-Prabowo masih bisa melakukan perubahan dengan terlebih dahulu mengucapkan 'Istighfar' atas kekeliruan mereka selama ini dalam mengelola energi dan tambang nasional," katanya.

Kurtubi menyarankan agar sebaiknya pengelolaan sumber daya energi dan pertambangan ke depan dikembalikan sesuai pasal 33 UUD 1945. "Pengelolaan yang sekarang sudah jauh menyimpang dari pasal 33," kata Kurtubi.

Kurtubi menyebutkan beberapa contoh penyimpangan yang dilakukan adalah penjualan gas dengan harga murah ke luar negeri yang mengakibatkan negara berpotensi rugi Rp 700 triliun. Harga jual gas tersebut lebih murah daripada harga gas untuk listrik, untuk pabrik pupuk dan bahkan dari gas elpiji 3 kg untuk rakyat miskin.

Begitupun dengan royalti yang diterima negara dari tambang batubara, emas, tembaga, dan sebagainya, Kurtubi menyatakan masih sangat kecil. Selain itu negara juga telah kehilangan kedaulatan atas kekayaan alam migas dan tambang umum. Ia juga menyoroti soal Pertamina sedang dalam proses privatisasi/untuk dijual secara bertahap sesuai Akte Pendiriannya.

"Semua ini harus dirubah atau diakhiri," tandasnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Refor-Miner Institute Pri Agung Rakhmanto menyarankan agar kebijakan yang dibuat pemerintah selanjutnya tidak hanya memperlakukan sumber energi sebagai sumber devisa saja. Melainkan perlu ada kebijakan yang mendukung pemenuhan kebutuhan domestik dan tidak export-oriented.

"Serta kebijakan yang tidak selalu mengandalkan mekanisme pasar dalam menyelesaikan masalah-masalah energi. Misalnya dalam pembangunan infrastuktur-infrastruktur energi," ujarnya.

Menurut Pri Agung, untuk mewujudkannya maka SBY-Boediono, mestinya jangan terlalu mengandalkan mekanisme pasar, karena ada hal-hal yang tidak akan terselesaikan tanpa pemerintah terjun langsung. Kebijakan pasangan ini sebagian besar masih sangat normatif dan umum. Bahkan kontradiktif dengan visi yang dicanangkan karena terlalu mengandalkan mekanisme pasar.

"Misal pembangunan infrastruktur-infrastruktur energi," jelasnya.

Sedangkan untuk pasangan JK-WIN, lanjut Pri Agung, kebijakan yang dibuat lebih konkret, ada visi pro domestik, tapi cenderung masih terlalu pragmatis dan menyederhanakan masalah, sehingga secara konseptual belum matang.

"Langkah cepat pemerintahannya semestinya dibarengi konsep politik-ekonomi energi yang lebih matang. Untuk itu, dibutuh Menteri ESDM dan tim yang tahu konsepnya," katanya

Pri Agung menjelaskan visi dan misi pasangan Mega-Prabowo masih parsial dan cenderung hanya menitikberatkan pada pengembangan BBN saja yang juga belum jelas konsepnya. Permasalahan energi yang lain sepertinya belum dikuasai oleh pasangan ini.

"Mereka juga butuh Menteri ESDM dan tim yang tepat untuk lebih bisa menterjemahkan visi kemandirian energi yang diusung dan untuk lebih bisa memetakan persoalan energi yang sesungguhnya. Sehingga bisa lebih konkret dan terukur kebijakan-kebijakannya," papar Pri Agung.

(epi/lih)

Mereka Menilai JK

Sumber:
http://www.detikfinance.com/comment/2009/05/26/152053/1137382/4/jk-wiranto-dinilai-paling-konkret-kembangkan-sektor-energi

Selasa, 26/05/2009 15:20 WIB
JK-Wiranto Dinilai Paling Konkret Kembangkan Sektor Energi
Nurseffi Dwi Wahyuni - detikfinance

Jakarta - Pasangan capres dan cawapres mana yang dinilai paling bisa mengembangkan sektor energi ke depan? Bagi pengamat, pasangan JK-Wiranto ternyata dinilai paling konkret meski masih pragmatis. ( epi / lih )

fero, Langkah konkret yg sudah dilakukan JK adalah negosiasi ulang terhadap kontrak2 pertambangan dg asing yg jelas2 merugikan Indonesia, jadi siapa sebenarnya dr pihak kita yg telah melakukan kontrak2 bodoh tersebut?

Jusuf Kalla, Hadji Kalla, dan Bisnisnya

Kutipan dari catatan Rahmat Mansyur :

Bagikan
Hari ini jam 10:49

Diberbagai situs media..sering banyak komentar mengenai komitmen Bapak Jusuf Kalla(JK)..mengenai..ekono
mi kerakyatan / kebangsaan yang mandiri..mungkin mereka baru akrab dengan nama JK baru mulai tahun 2000.an..semenjak beliau duduk dikabinet...mulai di kabinet Gus Dur..

JK adalah pengusaha pribumi..yang bergerak di bidang otomotif..yaitu dealer mobil merek Toyota..banyak mungkin orang yang tidak tahu,,bahwa..JK-lah yang pertama merakit mobil Toyota..yang dibeli dari Jepang secara CKD..dibengkel mobil PO Bus Cahaya Bone..kemudian dipasarkan sebagai mobil dinas..di pemerintahan untuk perkebunan..ketika itu jalan-jalan di Sulsel..belumlah semaju sekarang..jadi rata2 mobil yang dirakit..adalah penggerak 4 roda..(info ini saya dapat dari mekanik yang merakit mobil tersebut)..hanya karena keterbatasan SDM, infrastruktur..dan dana...di Makassar ketika tahun 76, maka pabrik Toyota akhirnya..dibangun di Jakarta...dan Hadji Kalla memposisikan diri..sebagai dealer utama...

PO Bus Cahaya Bone salah satu tiang pendiri Hadji Kalla, tidak diperbesar(dibonsai)...disebabkan Pak JK tidak mau mematikan pengusaha angkutan di Sulawesi Selatan..Tengah, atau Tenggara..yang baru tumbuh..karena komitmennya tidak mau bersaing dengan pembeli mobilnya yang baru berusaha di mobil angkutan..makanya angkutan Plat Kuning..milik perseorang relatif tumbuh pesat di Makassar...kalo Pak JK mau menguasai pasar....apa susahnya..dia punya mobil eks rental ..bengkel...dll..

Pak JK..juga sebagai pengusaha juga inovatif..kalo mo ditilik garbarata (belalai gajah)..pertama-tama dibuat..oleh Bukaka ..sebagai industri manufaktur ..milik JK..yang sekarang banyak dipakai diberbagai bandara di Indonesia....

Tahun 80'an ketika deklarasi Jimbaran..dibuat oleh pengusaha2 kroni Soeharto..tentang share ekonomi..ke UKM dan ke usaha kecil....Pak JK yang pertama mengkritisinya..dengan angka2..bahwa deklarasi itu hanya lipstick belaka...realisasinya dilapangan sangat bertolak belakang...walhasil posisi Menteri ..yang dipernah mo.. diberikan kepada beliau akhirnya..diserahkan ke orang lain..pada masa itu Pak JK..mendapat julukan Menteri Akan...krn namanya..selalu muncul dalam bursa.kabinet...tapi akan hilang dalam pengumuman..semua itu mungkin akibat sifat bicara beliau yang lugas dan terus terang.(biasalah OrBa..paling benci dengan kejujuran.dan keterbukaan..)..

Kalo soal bantuan ke Musholla/Mesjid..walau tidak berlebih2an..dan menghindari Riya. sudah dari dulu...JK dan Hadji Kalla..sudah sering memberikan bantuan..dan sudah begitu dari dulu....Pak JK punya hobi kalau ke daerah-daerah..dinas..kantor..pertama2 yang disinggahi adalah mesjid..dan memeriksa sound systemnya..jadi kalo JK seneng ke Pesantren mah biasa..selain punya pesantren..beliau..memang akrab dengan lingkungan mesjid..itu sendiri..rumahnya di Jalan Andalas bertetangga dengan Mesjid Raya Makassar dari dulu...

Kantor pusat Hadji Kalla terletak dipasar Sentral...Jln HOS Cokroaminoto No. 27 Makassar..sangat dikenal..oleh Masyarakat Sulawesi Selatan..pada hari Jum'at..menjadi mesjid untuk Sholat Jum'at..jadi karyawan Hadji Kalla mo sholat Jum'at cukup disamping meja kerjanya...praktis kan...krn satu kantor dipenuhi..jemaah sholat Jum'at..

Kalo kantor2 lain sering ditemui kata2 tidak menerima permintaan sumbangan selain ijin RT/RW atau Lurah..kalo dikantor Hadji Kalla..malah unik..karena ada kata-kata..seperti gini..Permintaan Sumbangan Umum/Mahasiswa.. ke Lantai 3 di Departemen Administrasi Umum...mengenai proposal itu dieksekusi atau bukan..tergantung ketersediaan dana..

Kalo Pak JK..akrab dengan pasar yah biasa..karena JK punya perusahaan..yang menangani..Pasar Regional Daya..plus Terminal Bus antar kota..dan juga Mal..yaitu Mal Ratu Indah..jadi udah akrab..nggak dibuat2..sesuai aja..

Kalo JK..sangat akrab dengan infrastrukstur seperti jalan..jembatan, pelabuhan..karena pak JK..tahu bagaimana sulitnya.. transportasi diberbagai kawasan.Indonesia...dan bagaimana sarana2... tersebut..mempengaruhi.peningkatan pendapatan masyarakat secara keseluruhan..terutama petani dan petambak..dengan kemudahan akses pasar...

Salah satu ide cemerlang JK adalah mengubah..paradigma jalan nasional..dari aspal (impor) ke semen..(dalam negeri)..ide ini sepele..tapi hasilnya luarbiasa...dimana produksi semen indonesia laku keras..juga pabrik besi..dan batu kerikil....sederhana tapi ngefek..

Belum konversi gas dari mitan..hasilnya luarbiasa memindahkan dana subsidi yang tadinya outflow.(ke Singapura, Kuwait, Arab Saudi dll)...menjadi inflow..karena gas adalah produksi sendiri..belum pabrik kompor gas..dan tabung gas..yang full capacity..karena order..yang begitu besar..dan terakhirnya Pertamina kelebihan produksi Avtur(biasanya impor)..krn mitan bisa dikonversi menjadi Avtur..akhir kata..kita ekspor Avtur..

Jadi..kalo anggota2.. Kadin sampai Standing Applaus..dalam dialog Presiden pilihan kita...yah wajar....saja.....

Salam
Forum Anak Bangsa