Tuesday 26 May 2009

JK dan Razia Sepatu di Istana



Sumber: http://jusufkalla.kompasiana.com/2009/03/05/mencintai-produk-dalam-negeri-tidak-boleh-hanya-sampai-pada-semboyan-belaka/#more-9
Razia Sepatu Impor Di Istana
Oleh Jusuf Kalla - 5 Maret 2009 - Dibaca 2148 Kali -

Saat ini begitu banyak pejabat yang sangat senang memaki produk luar dan dia bangga dengan itu karena gengsinya tinggi. Tapi saya mau ingatkan kepada para pejabat atau tamu yang akan bertemu saya di Istana, “Jangan datang ke Istana Wapres bila Anda memakai sepatu merek luar negeri”. saat ini saya sedang gencar merazia sepatu impor yang dipakai tamu yang berkunjung ke kantor.

seperti yang terjadi pada hari ini sebelum saya memulai rapat kordinasi Persiapan Musim Panen” saya memeriksa sepatu tiga menteri yaitu Anton Apriantono (Menteri pertanian), Maria Elka (menteri perdagangan), dan Fahmi Idris Menteri perindustrian, masing masing saya suruh buka sepatu dan memeriksa mereknya ternyata Anton memakai sepatu merek “Deep” buatan bandung, Maria Elka memakai sepatu yang nama pembuatnya dijadikan sebagai merek “Yongki kamalatu” buatan bandung. dan fahmi memakai sepatu dengan merek ”maria Minarti”.

saya sendiri sejak beberapa tahun belakangan ini selalu memakai sepatu buatan dalam negeri, dulu memang pernah saya memakai sepatu dengan merek ”Bally” tapi saya suruh istri saya untuk carikan sepatu yang buatan cibaduyut dan saya gunakan sampai sekarang. begitu juga dengan kemeja, saya tidak punya kemeja dengan merek terkenal seperti : Hugo Boss, Giorgio Armani, benetton dll. dari dulu saya selalu memakai kemeja buatan pabrik tekstil bandung. Mencintai produk dalam negeri tidak boleh hanya sampai pada semboyan belaka tetapi harus dijewantahkan dalam kehidupan sehari hari.

Laporan terakhir, akibat ulah saya yang sering melakukan Razia sepatu kepada Menteri, akhirnya dia mulai ikut-ikutan merazia Dirjen, kemudian Dirjen Merazia PNS, jadi ada efek turun temurun yang mengakibatkan naiknya Omzet perajin sepatu di Cibaduyut hingga 20 sampai 30 persen. Peningkatan yang sama juga dialami oleh produsen sepatu lainnya di Jawa Timur, Jawa Tengah dan jakarta. Ini baru PNS yang diwajibkan, saat ini saya sedang berpikir untuk mengeluarkan Inpres pemakian sepatu produk dalam negeri untuk siswa sekolah, semoga omzet produk dalam negeri bisa mencapai 60 persen.

Share on Facebook
50 tanggapan untuk “Razia Sepatu Impor Di Istana”
  1. R.Ngt.Anastasia Ririen Pramudyawati,
    — 5 Maret 2009 jam 5:55 pm

    Puang..
    ..terimakasih sekali..

    Seluruh diri saya sempat trenyuh (sekaligus menyelinap rasa bangga) suatu hari.. terkait penuturan Bung Inu, salah satu Sahabat Kompasiana.. bahwa Puan senantiasa setia mengantongi pulpen merk PILOT, di saku Puan..
    ..yang Puan pakai untuk menulis apa pun di kertas.. juga menandatangani dokumen tertentu andai tidak disiapkan bolpoint lain.. di Negeri mana pun.. dalam kesempatan apa pun, itu.

    Jujur, petang hari ini saya kembali sadari diri terhenyak di ke”trenyuh”an & kebanggaan yang sama.

    Puan.. saya berhutang kebersahajaan pada Puan..


  2. Novrita,
    — 5 Maret 2009 jam 5:55 pm

    Betul pak…. Semua dimulai pimpinan..
    Jika para pemimpin kita tidak hanya sekedar menhimbau, tapi juga memberi teladan… tentu rakyat juga akan mencontoh.

    Dan dengan dipakai produk olh pemimpin , itu juga merupakan ajang promosi… Dan para pengrajin akan berlomba agar produknya dipakai. Tentu jika produk dengan kualitas jelek, mana mungkin akan dipilih… Sehingga hal ini juga bisa mendorong pengrajin menghasilkan produk dengan kualitas super meski untuk pasar dalam negeri.
    Sudah bukan rahasia lagi, jika produk yang dilempar ke pasar dalam negeri, biasanya adalah kualitas no 2.

    Dengan menggunakan produk dalam negeri berarti kita merangsang geliat ekonomi negeri ini.
    Tolong diproteksi juga pak… agar produk kita tidak dihantam dengan produk masal dari luar…

    Sukses ya pak…


  3. poerbo,
    — 5 Maret 2009 jam 6:03 pm

    Pak JK,selamat sore,mohon kepada Pemerintah agar juga ikut menjaga kualitas produk dalam negeri,katanya sudah ada SNI,ada semboyan “ada harga ada barang”,tetapi kalau sepatu atau sandal dalam negeri (termasuk local assembled) dipakai sebulan terus menjadi buaya alias mangap (bagian depannya terbuka spt buaya mau nangkep ayam),kan ……malu Pak JK !
    Saya pernah beli sepatu,belum dipake se hari,hak belakang copot persis lewat lobby hotel bintang lima,waaah malu ne,untung ngga sama pacar !
    Jagalah Konsumen Pak,pangkaslah biaya siluman yg masuk ke biaya produksi,bimbing dan fasilitasi produsen lokal,yakin kualitas kita ga kalah !
    Terima Kasih,salam !


  4. farid,
    — 5 Maret 2009 jam 6:04 pm

    Salut kepada Pak JK yang sangat menghargai dan bangga menggunakan produksi dalam negeri. Saya pernah membaca tulisan Mas Wisnu nugroho, bahwa Pak JK tidak terlalu suka menggunakan jas, dan pakaian Pak JK berbahan kain katun dan dijahit oleh penjahit di daerah Kebayoran, Jakarta.
    Mungkin juga kalau sedang sholat atau tidur lebih senang menggunakan sarung sutra bugis (lipa sabe).

    Namun jangan sampai tugas bapak sebagai Wapres nambah lagi jadi tukang periksa sepatu dan pakaian para tamu yang berkunjung ke Kantor Wapres (becanda ki Puang hehehe).

    Wassalam,
    Farid
    Tokyo


  5. rizaldo,
    — 5 Maret 2009 jam 6:09 pm

    salut buat pak JK. saya juga bangga menggunakan produk bikinan dalam negeri. ini adalah contoh yang baik bagi majunya perdagangan dan perindustrian dalam negeri.

    kalau bisa pak…semua menteri diwajibkan menggunakan produk dalam negeri. baru masyarakat bisa mengikuti langkah para pejabat kita, yang cinta produk dalam negeri.

    sukses pak…


  6. Agung Nugroho,
    — 5 Maret 2009 jam 6:18 pm

    Mungkin istilahnya harus ditegaskan kembali, bukan “mencintai” tapi “menggunakan” produk dalam negeri, karena sebenarnya mereka-mereka yang membeli produk-produk luar negeri sebenarnya juga memiliki rasa mencintai produk dalam negeri tetapi rasa mencintai terhadap produk luar negeri lebih tinggi. Dan saya kira sektor-sektor yang menguasai hajat hidup orang banyak yaitu sektor transportasi dan komunikasi, walaupun dalam UUD 1945 tidak dikatakan demikian, harus sedikit demi sedikit mulai diambil peranannya oleh produk2 dalam negeri. Karena dalam dua sektor ini aliran dana yang mengalir dari masyarakt sangat besar. Mudahnya saja, seorang PNS yang berjuang keras mengumpulkan uang dan membatasai belanja2 untuk kebutuhan pokonya, demi hanya untuk membeli sebuah mobil buatan Jepang, walaupun mobil itu dirakit di Indonesia, tetapi share keuntungan dari pabrikan akan sangat besar yang mengalir ke negara asal mobil itu. Padahal gaji PNS itu diberikan oleh pemerintah yang merupakan uang pajak dari masyrakat. Di Korea, di mana saat ini saya berdomisili untuk sementara waktu, penggunaan mobil buatan dalam negeri mungkin mendekati 95%. Kemudian hanya telepon genggam merek lokal yang diberikan izin untuk dipakai masyarakat, hanya Motorola yang boleh dipasarkan di sini, saya tidak tau alasannya apa?. Jadi keuntungan dari kedua sektor itu semaksimal mungkin bisa kembali ke dalam negeri. Memang itu butuh proses, tapi tidaklah tidak mungkin.


  7. dian,
    — 5 Maret 2009 jam 6:20 pm

    Halo Pak JK…

    Pertama saya mau mengomentari tulisan Bapak, buat sebuah tulisan judul tulisan Bapak kepanjangan.

    Komentar soal isi tulisan, kalau negara lain juga melakukan hal yang sama gimana, Pak? Kayaknya emang dunia dalam masa krisis ini sedang gandrung-gandrungnya mencuatkan kata Nasionalisme atau Cintailah Produk dalam Negeri, tapi klo nanti ekonomi membaik dikubur lagi kata-kata itu.

    Terus, gimana dengan barang-barang ilegal khususnya garmen yang berharga murah, apakah sudah ditangani dengan baik?

    Salam


  8. chindi,
    — 5 Maret 2009 jam 6:32 pm

    mantappp euy…keluarganya juga harusnya ikut di razia pak…

    semua ada prosesnya lah ya…orang yang sekarang make produk luar negri juga bukan ga mau pake yang dalam negri,,,butuh waktu…

    salut buat orang yang dah biasa make produk luar,,trus skarang beralih ke produk dalem…:)


  9. linda,
    — 5 Maret 2009 jam 7:04 pm

    Pernah suatu ketika, seorang istri menteri, yang suaminya gigih berceloteh tentang produk dalam negeri kepada masyarakat banyak, berguman kepada saya, ” Bayangkan saya harus memakai sepatu dalam negeri… yang murah… untuk apa kalau ternyata MURAH DAN SAKIT??”

    Akhirnya, terjadi ‘joke’ perkataan ‘murah dan sakit’ di antara sesama teman si ibu ini. Semoga saja di era ini, tidak terjadi lagi pernyataan apatis dan congkak semacam itu lagi.

    Para pembuat sepatu di kawasan Setiabudi, dulu saya ingat banyak yang dengan sekuat tenaga mencari sponsor untuk mengikuti kursus membuat sepatu di Italia. Ke mana mereka sekarang ini? Adakah perhatian dari pemerintah untuk memperbesar kecekatan dan ilmu membuat sepatu kepada orang-orang semacam ini?

    Tapi kok saya masih kurang percaya pak JK tidak memakai dasi buatan luar negeri? Setahu saya, dasi Indonesia masih mencong miring dan tidak rapi jahitannya. Dudukkannya di leher pun masih terasa janggal , belum lagi motif kainnya yang sering amburadul. Dasi Brioni, Ferragamo, dlsb, apakah tak ada dalam laci dasi Bapak? Kalau pun toh ada, lempar lah kepada para pembuat dasi. Urusan pemerintah lah untuk membina mereka, untuk menyontek kerapihan dan disain dari merk-merk luar negeri itu dengan kursus yang cermat. Tuntutan pembeli masa kini semakin tinggi. Barang yang buruk tampilannya, tentu tak akan menjadi pilihan utama.

    Masih banyak lagi pekerjaan rumah pemerintah. Memang mudah mengatakan, menganjurkan atau pun setengah memaksa orang untuk memakai produk negeri sendiri. Tapi lihat dulu hasil pekerjaannya? Maka pusat pelatihan untuk mengedepankan produk Indonesia harus lebih diperbanyak dan dijadikan program yang serius. Sepatu buatan Malaysia sekarang banyak yang canggih, dan tersebar pula di pusat perbelanjaan di seputar kita. Jangan kita hanya ngomel batik dicontek mereka. Tapi tirulah kembali apa yang menjadi keahlian dan ketekunan mereka…….

    Kadang kita juga belum bisa kelewat konsekwen mengenakan produk dalam negeri. Tengoklah lampu gemerlap di istana presiden maupun istana wapres misalnya? Bukan kah itu kristal Itali dan Cheko masa lalu? Membeli gordeyn dan kain untuk sofa kursi yang murah, siapa yang tak mau? Tapi akhirnya menang membeli, kalah memakai. Warna cepat pudar, yang serba kotor tetap melekat sulit dibersihkan.., sementara produk milik tetangga jauh lebih baik kualitasnya,meski harga di atas sedikit dibanding harga yang negara kita punya. .. yaaa.., sekali lagi, buntut-buntutnya menang membeli ( karena dianggap murah ), tetapi kalah memakai ( karena tidak awet, dan cepat rusak ).

    Maka sekali lagi, sekali lagi, dan sekali lagi, tingkatkan kualitas produksi, kualitas cara bekerja yang teliti, dan berilah kesempatan dan binaan yang tak kunjung henti bagi orang-orang yang berniat dengan semangat mengangkat harkat produk Indonesia. Permudah izin, hapus pungli, ciptakan berbagai pameran dengan bayar sewa tempat yang murah. Dan ini adalah tugas pemerintah! Salam,


  10. nurtjahjadi,
    — 5 Maret 2009 jam 7:37 pm

    KALAU MENURUT SAYA, BUKAN MASALAH SEPATU BUATAN LUAR NEGERI, BUKAN MASALAH KITA TIDAK CINTA BARANG SENDIRI, TETAPI KITA KEBANYAKAN UTANG, DIKASIH UTANGNYA ITU SEBAGIAN KECIL AJA YANG DALAM BENTUK UANG, YANG SEBAGIAN LAGI, DALAM BENTUK BARANG DAN TENAGA AHLI YANG TIDAK AHLI. TQ


  11. jordan,
    — 5 Maret 2009 jam 8:22 pm

    Kitaaa…?

    Lw Aja Kali

    Gw eNggak

    Ha…Ha…Ha…
    :D


  12. arul,
    — 5 Maret 2009 jam 8:52 pm

    semoga semua pemimpin di Indonesia begitu, dan diikuti pula oleh rakyatnya.
    selain peningkatan penggunaan produk dalam negeri, juga mestinya seiring dengan peningkatan kualitas ;)


  13. Ali Y,
    — 5 Maret 2009 jam 8:58 pm

    Salut salut salut buat pak JK, mudah2an ini bisa dicontoh oleh rakyat, dan jg kualitas produk dalam negeri kalo bisa lebih ditingkatkan lagi.


  14. Bangun Purwono als bepe1912,
    — 5 Maret 2009 jam 9:31 pm

    Selamat dan sukses pak JK;

    Saya senang dan bangga karena Bapak seorang pemimpin yang memberi contoh dengan mencintai dan menggunakan produk negeri sendiri.

    Semalam saya lihat di Metro TV bapak sedang diwawancara oleh Najwa Sihab, yang memberi giliran setelah pak Sby bicara bagai berlian tempo hari.

    Penting…! Saat ini duet Sby-Jk, bak “tumbu oleh tutup” klop, saling mengisi dan menutupi kelebihan dan kekurangan masing-masing.

    Jikalau SBY-JK tetap solid, karena toh modal sudah cukup, pernah ada BLT, dan KUR, PNPM, dan lain sebagainya untuk kesejahteraan rakyat, maka tema perjuangan untuk lima tahun ke depan adalah pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana jalan darat dari Sabang sampai Merauke, pemerataan pembangunan, pembuatan kapal-kapal feri untuk penyeberangan secara besar-besaran, toh PT. PAL kan jagonya, agar tidak ada lagi berita-berita tenggelamnya kapal karena faktor cuaca dan kapal yang sudah tidak layak melaut.

    Bahwa yang perlu dilaksanakan Sby-Jk, besok pagi setelah bangun tidur adalah sebagai berikut:

    1. Panggil semua pihak terkait lumpur lapindo; hitung berapa kerugian material dari peta terdampak maupun tak terdampak, kemudian minggu depan bayar secara tunai dengan dana darurat, lain-lain dapat diselesaikan sambil makan siang dengan pak Bakrie. Ingat disana semua manusia sudah stress, jangan sampai pada bunuh diri seperti kasus Sarijaya.

    2. Segera TENDER-KAN jembatan PUJAKESUMA di selat Sunda, karena di pelabuhan setiap hari bensin, solar, elpiji, biodisel, bioetanol dan lain-lain menguap sia-sia menunggu antrian masuk feri. Tak perlu bicara budget, karena kita hanya modal teken dan stempel, berikan konsensi yang memadai ke ribuan konsorsium yang antri dari “dalam negeri” dulu tentunya, kalau mereka angkat tangan baru ambil dana yang sudah pergi ke luar negeri bersama “editansil”.

    3. Ingat…Ingaat…, pada dua point diatas, semua rakyat yang terlibat sudah stress di level yang paling tinggi…. (nanti bisa-bisa Bapak berdua dibilang melanggar HAM lho…).
    Kalo tidak percaya…, pak JK kan protokolnya agak longgar, COBA DEH…, nylonong ke dua lokasi dimaksud dan bicara langsung dengan mereka… pasti pada menjerit…

    Tunggu apa lagi pak, masukan yang lain menyusul ya…, tidak mahal honor konsultasinya kok.

    Terima kasih. Semoga sukses. Majulah Bangsaku. Bersama “rakyat” kita bisa. Kata pak Jk ke Mbak Najwa.


  15. Bambang Darmanto,
    — 5 Maret 2009 jam 9:37 pm

    Akan lebih baik jika peraturan tersebut juga diterapkan kepada orang2 di partai GOLKAR yang bapak pimpin, bukankah orang Indonesia biasanya menuruti apa yang dikatakan pemimpinnya alias ABS ?
    Jangan lupa juga mengingatkan kepada pengusaha untuk tetap menjaga kualitas produk barang yang mereka hasilkan, karena banyak barang produk dalam negeri yang kualitasnya menurun ketika banyak yang sudah memakai/,e,beli, sehingga akhirnya beralih ke produk luar negeri.


  16. imronsuharsono,
    — 5 Maret 2009 jam 10:00 pm

    Salam..
    Pak JK… kalau sudah terbiasa periksa sepatu para menteri … nanti tidak usah dibuka sepatunyapun Bapak sudah tahu… dari bunyi hentakan sepatu ke lantai kantor Bapak… ini trik untuk mengefisienkan waktu rapat pak… jangan sampai rapat molor gara2 masalah buka sepatu… untuk periksa… wassalam


  17. eviwidi,
    — 5 Maret 2009 jam 11:22 pm

    Wah..komentar Mba Linda lebih panjang dari postingannya Pak JK…:)

    Yah.. cinta produk dalam negeri memang harus di galakkan Pak, biar orang kita tidak western minded terus…produk kita gak kalah kok sama produk luar, jaket kulit garut, kain sutranya, juga sepatu-sepatunya…

    Saya sudah membiasakan diri di kantor pakai batik, apalagi sekarang model baju batik sudah trendy dan gaya, banyak pilihan lagi..

    Seperti juga kata Pak Alim Markus, cintailah ploduk-ploduk dalam negeli…


  18. Sigit Kurniawan,
    — 5 Maret 2009 jam 11:38 pm

    — tentunya termasuk mencintai rakyatnya sendiri, sumber daya alamnya sendiri. Tidak sebaliknya, justru sumber daya alam milik rakyat Indonesia ini dikuasai dan sebagian besar keuntungannya justru di serap oleh orang-orang asing. sementara, rakyat sendiri menderita kemiskinan dan kelaparan karena kekayaannya ‘direbut’ oleh tangan-tangan asing dan tangan-tangan serakah saudara sendiri….


  19. otto santosa,
    — 5 Maret 2009 jam 11:49 pm

    yang mulia bapak wakil presiden, seberapa berani pemerintah kita memberi proteksi thd barang jadi impor? seberapa kuat petugas pabean mampu menahan godaan suap dan sogok? baru mau dipanel WTO aja sdh kalangkabut. yang sudah2 mah kami gak percaya. maaf ya pak. gimana industri tekstil, garmen, sepatu lokal gak modar kalau keran impor menggelontor baik yang resmi maupun siluman? peniti, jarum pentul, radio saku, barang2 yang teknologinya enteng aja kalah saing harga dengan china punya barang? lagian kagak usah dicontohin sama yang mulia bapak wakil presiden juga, kami mah cuma mampunya beli sepatu cibaduyutan, pakean made in binongjati bandung, beras made in karawang, ikan made in waduk cirata, piknik juga ke ancol bukan ke hawaii, dll, boro2 nyekolahin anak keluar negeri bayar yang lokal aja susah karena bebas spp tidak berarti bebas biaya kan? yang mulia bapak wakil presiden gak usah ngajari kami soal hidup sederhanalah……….. aku gak suka !


  20. vincentliu,
    — 6 Maret 2009 jam 2:42 am

    semoga dapat ditiru oleh seluruh masyarakat Indonesia pak!,minimal semua pegawai negri diseluruh Indonesia dapat mencontoh Pimpinannya,ngomong-ngomong bukan sedang kampanye kan ,Pak?

    salam dari helsinki


  21. bambang p.s.,
    — 6 Maret 2009 jam 7:33 am

    Menganjurkan memakai produk Indonesia bagus, namun juga harus dibarengi dengan standar mutu yang terjamin. Budaya dikita memang kadang kala aneh, sewaktu mengejar produk-produk pertama dibuat sebagus mungkin namun setelah lama berjalan (dan apalagi kalo sampai di proteksi) maka mutu langsung anjlog (jatuh). Jadi quality control harus ada. Juga pemilihan produk-produk apa yang jadi prioritas harus dilakukan segera.
    Komentar bung Otto di atas memang benar, kenapa kita tidak bisa menghasilkan barang-barang yang relatif sederhana namun banyak dipakai sehari hari seperti jarum pentul, peniti bahkan klip kertas dan paku payung? Ini heran, pangsa pasar besar, bahan baku ada (alam kita kaya raya), SDM ada, teknologi ada, lalu apa lagi? Mungkin……mungkin lho….. tdk ada kemauan dari pemerintah dan pengusaha saja (karena untung kecil?). Salam


  22. yulyanto,
    — 6 Maret 2009 jam 8:50 am

    Agak kaget juga lihat bapak Wapres kita ini mau Nge-blog,
    tapi buat kompasiana tak ada yang tak mungkin, semuanya menjadi mungkin………

    Nampaknya kompasiana akan semakin menjadi icon para blogger ternama di tanah air…….

    Salam kenal dan selamat bergabung buat pak JK,
    kami tunggu sharing-sharingnya yang mencerahkan..:-)

    http://www.yulyanto.com


  23. isna,
    — 6 Maret 2009 jam 8:57 am

    Assalamualaikum pa JK, alhamdulillah, trnyata petinggi kita udah banyak yang cinta produk dalam negeri, saya hanya berharap ini akan terus berlanjut, bukan hanya sebagai ajang mempromosikan diri untuk mendapatkan dukungan, dan sebagai permainan politik saja.
    pa JK, ajak juga para petinggi dan keluarga untuk menggunakan pakaian, tas dan yg lainnya hasil produk dlm negeri, dan promosiin barang dari luar daerah juga, sperti kepulauan lainnya yang kaya dengan barang - barang kerajinannnya dan pa JK bantu untuk memperbaiki kualitas barang tersebut sehingga barang dalam negeri tidak sebagai barang “murahan”
    Trimakasih Pa ya, Wass


  24. Ganang Tidarwono Soedirman,
    — 6 Maret 2009 jam 9:20 am

    Lanjut terus Pak, selain mencintai produknya, cintailah juga yang membuat produk tersebut karena masih banyak yang terluput dari penglihatan Bapak…


  25. iskandarjet,
    — 6 Maret 2009 jam 10:14 am

    Saya usul nih pak: setiap menteri dan anggota dpr diwajibkan selalu pakai produk buatan dalam negeri. mereka boleh2 aja belanja waktu kunjungan ke luar negeri, tapi tidak boleh dipakai buat kerja.

    Nah sebagai hukumannya, siapapun yang ketahuan pakai produk luar negeri, langsung DIPECAT aja biar kapok.

    Gmn?


  26. adi65,
    — 6 Maret 2009 jam 10:40 am

    weleh-weleh……yang suka belanja keluar negeri juga istri pejabat…..ato ..istri anggota dewan yang terhormat


  27. dwiki setiyawan,
    — 6 Maret 2009 jam 11:36 am

    Muantab Pak JK. Judul postingannya puanjang, namun isi postingan pendek. Di atas kesemuanya, pesan yang ingin disampaikan ke publik, maknanya panjang dan bernas!

    Setuju dech dengan isi postingan Pak JK. Sudah sejak jaman sebelum jadi menteripun, saya perhatikan Pak JK atau Kak Ucu ini sederhana dalam penampilan keseharian dan bangga akan produk negeri sendiri.

    Sampai sekarang hal seperti itu tetap konsisten dipertahankan. Yakin usaha sampai….

    *dari keluarga Laskar Hijau Hitam*


  28. Syaiful Anwar,
    — 6 Maret 2009 jam 12:06 pm

    Instruksi Bapak tentang penggunaan sepatu buatan dalam negeri yang harus dipakai oleh pejabat negara itu sudah tepat.Tetapi bagaimana dengan rekan2 Bapak sesama pengusaha terutama pengusaha dalam bidang otomotif yang dengan bangganya mengumumkan peningkatan penjualan produk buatan luarnya sebagai prestasinya.Disertai gaya hidup seperti kepemilikan mobil pribadi dengan merek terkenal dari luar negeri dan tentu harganya cukup fantastik.


  29. viant,
    — 6 Maret 2009 jam 4:06 pm

    yang pasti masyarakat gak bodo..,kalau produk dalam negeri bagus pasti dibeli (dalam arti quality bukan kuantiti / mutu bukan jumlah), sekarang masalahnya banyak yang kepingin beli produk dalam negeri tapi selalu dihadapi quality yang mengecewakan.., ya mau bagaimana lagi.., contoh produk2 cina baik yang legal maupun ilegal yang ada di indonesia mereka sudah memperbaiki quality ditambah quantity (untuk pasaran terjangkau), jadilah di pasaran produk cina ini mudah didapat, kualitas setingkat lebih baik dan akhirnya berpengaruh pada harga yang muarah karena jumlah yang banyak tersedia (hukum ekonomi semakin banyak barang semakin murah harganya), jadi tolong pak yang ada di pemerintahan ini baik langsung atau tidak langsung di bantulah para pengusaha lokal ini.., dalam arti.. kenapa ada quality bagus karena pengerjaanya menggunakan teknologi yang sudah lebih baik, nah.. permudahlah para pengusaha lokal ini untuk mengadakan teknologi itu, seperti sablonan kaos.. kita bisa lihat merk2 luar billabong, volcom.. dll mereka punya sablonan bagus sekali quality nya karena apa.. peralatan sablon mereka bagus.. dan bahan2/material kerja mereka bagus, jadi itu saja semakin pemerintah membantu kemudahan untuk perlengkapan usaha dengan quality yang bagus saya yakin dengan sendirinya akan menghasilkan produk yang bagus dan masyrakat pasti membeli produk tersebut


  30. Taufik H Mihardja,
    — 6 Maret 2009 jam 4:14 pm

    Usul Pak, bagaimana kalau Pak JK mendorong beberapa menteri untuk ngeblog di Kompasiana juga. Saya pernah mendengar Ibu Mary Pangestu ingin ngeblog. Kalau beliau join, beliau bisa sharing tentang industri kreatif yang ingin dijadikan suatu bumper saat terjadi financial turbulence ini.
    Usulnya sederhana saja kan, Pak. Sekali lagi terima kasih atas kesediaan Pak JK bergabung dengan Kompasiana.


  31. linda,
    — 7 Maret 2009 jam 12:05 am

    Di ujung jalan Kemang Timur Jakarta Selatan, ada seorang ibu keturunan Tionghoa yang sudah puluhan tahun membuat sepatu dan tas. Tamu-tamunya, selain orang Indonesia, adalah orang Jerman, Singapura, Brunei, Amerika, Australia dan Itali.

    Hebatnya, beberapa pasang sepatu sering dipesan oleh keluarga Itali, untuk dibawa ke Itali! Bangga sekali saya melihatnya. Pernah dulu saya memesan sepatu, saya minta disulam dengan nama saya di sekeliling sepatu saya. Lucu dan bagus sekali jadinya. Kebetulan waktu itu Pak Basofi Sudirman ke Istana bersama rombongan Departemen Dalam Negeri. Dia sempat terbelalak ketika melihat sepatu saya bertuliskan linda linda linda linda….
    Katanya, “Wadduuuh, bikinin gue dong tulisan basofiiiiiiiii… !!” Ibu Sudharmono ketika jumpa dengan saya di Istana juga sempat berdecak melihat tas saya yang cantik. Semula ia tak percaya ini buatan rumahan di Kemang. Alamatnya pun sempat ia catat.

    Tapi seberapa banyak orang seperti si ibu Tionghoa itu di sini? Seberapa besar modal mereka? Seberapa tahan mereka menjaga kualitas sekaligus mengontrol hasil akhirnya? Sekali lagi, ini benar-benar tugas pemerintah - kalau memang masih ingin memiliki target dalam skala besar.


  32. Ninalevi,
    — 7 Maret 2009 jam 4:07 am

    Saya setuju imbauan bapak,terus terang sudah hampir 6 tahun,saya berada di luar Indonesia,menjualkan barang-barang produksi Indonesia,Tidak sombong selama saya produksi 13 tahun pembeli barang saya boleh dikata hanya kalangan atas negara-negara yang saya export,dari mulai tempat peristirahat salah satu mantan presiden di Eropa Timur,dan sekarang di salah satu benua Amerikapun pembeli saya sama.Hanya itu karena nama yang terpuruk dan pikiran orang tentang produk Indonesia,dengan berat hati produk saya sering di katakan dari negara yang terkenal akan produk ini.Ujung-ujungnya saya tetep tidak dapat mencicipi manisnya kelebihan harga,karena untuk pengakuan ini tidak sedikit harus membayar pengeluaran.Setiap saya pulang ke Indonesia,saya sedih hampir 6 tahun terakhir industri-industri berguguran disana,yach itu banyak orang Indonesia sendiri tidak bisa percaya produk kita bagus.Memang saya akui produk bagus tidak bisa banyak menekan cost produksi,karena sering kali kita harus memakai tambahan import untuk produk tidak masalah,saya selalu mimpi agar bahan-bahan penunjang produksi buatan Indonesia akan lebih baik mutunya,untuk bisa kwalitas baik.Tetap saya salut dengan Bapak jika di pratekkan tidak hanya sekedar bicara atau himbauan aja.Jika tidak di bantu memasarkan dalam negeri akan semakin banyak PHK nantinya,karena negara-negara majupun menghimbau untuk mengunakan produksi dalam negeri,Setelah meraja relanya produksi import dari negara China beberapa tahun lalu,satu persatu produksi negara majupun berguguran.Produk yang paling menguasai kehidupan orang banyak memang sebaiknya tidak usah mengimport,biar ada perputaran rantai ekonomi di dalam negeri.Sayangnya saya masih melihat banyak barang-barang import di Indonesia di jual murah,harus di cari cela untuk barang-barang ini tidak bisa menjatuhkan produksi dalam negeri.Walaupun mereka mengaku itu buatan Indonesia tetap sebagai orang yang domisili di Luar Indonesia,dan saya bergerak di produksi juga saya bisa bedakan barang produksi Indonesia dan dari china ini,dan itu di jual di counter-counter mall besar di Jakarta,di negara saya tinggal sekarang buatan china corak,model,bahan semua sama dan di negara Indonesia buatan Indonesia,ini juga perlu di perhatikan pak,memang produksi berat,mengurusi orang sekian banyak,lain kita import dan ganti merk,logo,atau made in,hanya produksi banyak memberikan lapangan pekerjaan,dan hal ini juga yang harus di katakan ke rakyat Indonesia terutama di kalangan bawah,umumnya mereka suka membeli barang murah,yang kelihatan buatan Indonesia padahal itu hanya kelihatan aja,mereka juga harus di sadarkan bahwa jika mereka membeli itu semua artinya mereka sama aja ikut serta membuat bangkrut.yang paling utama customnya,karena mereka merupakan ujung tombak masuknya produksi murah meriah,yang berganti nama buatan Indonesia.


  33. didin,
    — 7 Maret 2009 jam 6:30 am

    kalau rakyat sudah melihat pemimpinnya bisa menjadi contoh (cinta produk negeri sendiri) saya yakin rakyatnya akan mengikuti,


  34. mariam,
    — 8 Maret 2009 jam 9:37 pm

    Salut Pak JK…….selalu memakai produk dalam negeri, nanya nih pak, apa Istri dan anak-anak Pak JK juga begitu?semoga saja….
    Btw, garment import dari cina (katanya ilegal) tapi kok ya bisa didapati dengan mudah di setiap sudut pusat grosir jakarta ya? baik itu tanah abang, mangga dua dan cipulir. yang bangsa beginian ini pak yang membunuh produk garment lokal. kok bisa lewat di imigrasi ya? perlu diusut pak, trus kok nggak di razia aja toko-toko yang menjual barang ilegal tersebut?


  35. Bayu Probo,
    — 11 Maret 2009 jam 11:16 am

    Kalau Pak JK pakai produk dalam negeri dan para menteri dirazia. Istri, anak, dan cucu Pak JK juga dirazia juga?


  36. DeJevo,
    — 12 Maret 2009 jam 12:08 am

    dari jaman SMA saya sudah pake sepatu buatan Bandung, juga produk lainya,seperti tas dan dompet…
    Eiger made in Bandung, kualitas dan gaya boleh lah…hehe


  37. wiwid raharjo,
    — 12 Maret 2009 jam 1:11 am

    Salut buat p JK.
    ….
    Lebih bagus lagi waktu razia disiarkan melalui TV, biar semua masyarakat Indonesia tahu, bahwa Pemimpin kita memakai produk dalam negeri.

    he…h….h


  38. Wapres Ngeblog Juga Ya!,
    — 12 Maret 2009 jam 10:15 am

    [...] tulisan ini diturunkan terdapat delapan tulisan diantaranya; Assalamu Alaikum.., Razia Sepatu Imfor Di Istana, Hak Mengklaim Keberhasilan Pemerintah, Saya dan SBY Seperti Bermain Musik JAZZ.., Mengapa Saya [...]


  39. catur anindhito,
    — 13 Maret 2009 jam 1:50 am

    bagus pak…


  40. Vindemiatrix,
    — 14 Maret 2009 jam 1:57 am

    Memberikan contoh cinta produk dalam negeri adalah hal yang baik, ttp memaksa untuk memakai produk dalam negeri adalah tindakan yang tidak terpuji. “Pakailah yang nyaman menurut anda”.


  41. robet,
    — 20 Maret 2009 jam 10:48 am

    bagus pak….memang contoh yang baik harus dari yang lebih tua terlebih dahulu..hehehe….kalau bisa hukum aja pejabat yang datang ke kantor bapak wapres yang menggunakan sepatu merk ‘luar’, hukumannya suruh menulis ‘Saya Cinta Produk Indonesia’ sebanyak 1000 halaman, biar kapok!


  42. Juthai,
    — 25 Maret 2009 jam 10:07 pm

    Saya setuju pak..! kita bangun perekonomian rakyat… bukankah dengan membeli produk dalam negeri turut menciptakan lapangan kerja.
    klo pns di gaji oleh negara kenapa tidak.. harus cinta terhadap hasil karya dalam negeri…
    intinya saya sependapat dengan bapak… hanya jangan alat elektronik aja! biasa ke mesin ketik saya pak he… he… salam kenal pak.. dari kalimantan pedalaman.


  43. doby,
    — 26 Maret 2009 jam 5:45 am

    maunya sih pakai produk dalam negeri tapi jadi berubah pikiran .lah wong produk luar aja lebih murah dan kualitasnya tidak kalah dengan produk lokal membanjiri indonesia. itupun kadang masih bisa dengan cara kredit. ya jelas jadi ketagihan produk luar


  44. Puput Agus,
    — 30 Maret 2009 jam 12:15 pm

    Memang produknya dalam negri tapi bahan bakunya kalo masih dari luar…. sama aja harganya malah lebih tinggi dari pada produk luar yang sekarang banjir di pasaran. Mestinya bahan baku yg dibutuhkan para Produsen juga diperhatikan, agar mereka juga bisa bersaing.


  45. Wapres Ngeblog - Sunan Gunung Djati,
    — 2 April 2009 jam 10:57 pm

    [...] tulisan ini diturunkan terdapat delapan tulisan diantaranya; Assalamu Alaikum.., Razia Sepatu Imfor Di Istana, Hak Mengklaim Keberhasilan Pemerintah, Saya dan SBY Seperti Bermain Musik JAZZ.., Mengapa Saya [...]


  46. muramasa,
    — 5 April 2009 jam 11:18 am

    saya pikir tidak perlu sampai mengeluarkan inpres penggunaan produk dalam negeri selain kesannya tidak demokratis tapi cenderung proteksionisme namun begitu obama pun membuat Bill ttg penggunaan produk dalam negeri.

    yah untuk tahap awal dgn cara keteladanan seperti yg ditunjukkan JK pada menteri nya sdh bagus&harus dilanjutkan.

    oh ya ternyata produk2 yg bermerk internasional itu tidak semua produk luar negeri cuma cap nya aja yg internasional tapi capnya aja dibuat di jawa apalagi bahannya.


  47. Rizki Ardi M,
    — 16 Mei 2009 jam 2:45 pm

    setuju Pak, tanamkan kebanggaan terhadap produknya, secara tidak langsung akan menumbuhkan kebanggaan terhadap bangsa dan tanah air sendiri…


  48. Nusantaraku,
    — 17 Mei 2009 jam 3:09 am

    Salah satu prestasi besar pak JK untuk negeri ini.
    Tidak perlu iklan besar, tapi sebagian masyarakat akan tahu prestasi ini.
    Ngomong-ngomong, boleh tahu gak pak JK pake HP apa yah?
    Trims


  49. kdharmawan,
    — 22 Mei 2009 jam 4:20 pm

    Dulu juga pernah menganjurkan utk kalau periksa kedokter di Indonesia,
    tapi kenyataannya teladannya koq agak lain ya


  50. mulyadi,
    — 23 Mei 2009 jam 10:41 am

    memang harus begitu puang….Maju trus puang.. Ewako…

No comments:

Post a Comment