Tuesday 2 June 2009

Cerita Jusuf Kalla tentang Perdamaian Aceh, Maluku, dan Poso

Sumber: http://jusufkalla.kompasiana.com/2009/06/01/konflik-di-indonesia-penyebab-dan-penyelesaiannya/#comment-2307
KONFLIK DI INDONESIA : Penyebab dan Penyelesaiannya…
Oleh Jusuf Kalla - 1 Juni 2009 - Dibaca 1006 Kali -

Tulisan ini adalah lanjutan daripada tulisan saya sebelumnya yang berjudul “konflik hanya menjauhkan Ridho Allah”. Tulisan ini sekaligus ditujukan untuk menjawab beberapa tanggapan pada tulisan saya tersebut, yang mana tidak bisa saya jawab satu persatu. Tulisan ini juga tidak bermaksud untuk berbangga-bangga atas segala jasa seperti yang selalu dituduhkan pada saya setiap kali menceritakan beberapa peran saya dalam menyelesaikan konflik ataupun membangun negeri ini.

Bagaimanapun, seorang pemimpin harus menjadi teladan bagi masyarakatnya, untuk itu segala perbuatan baik seorang pemimpin harus diketahui oleh masyarakatnya. Bukankah para Nabi pada zaman dahulu sering menunjukkan perbuatan baik di depan umatnya? Apakah itu disebut sebagai Riya? .

Saya sering diundang, dalam berbagai simposium dan forum internasional untuk menceritakan bagaiamana pemerintah dalam mendamaikan konflik Aceh yang sudah berlangsung lebih dari 30 tahun serta konflik konflik lainnya. Yang kemudian dijadikan kajian untuk lembaga-lembaga Internasional dalam melakukan upayanya mendamaikan konflik di berbagai negara. Ada juga yang datang untuk belajar langsung bagaimana cara ia menyelesaikan konflik di negaranya.
Maka itu, akan sangat berdosa bagi saya ketika menyampaikan pelajaran menyelesaikan konflik bagi negara lain, sementara di negara sendiri saya tidak pernah menyampaikannya. Bagaimanapun di antara anda kelak bisa jadi akan ada yang mencapai posisi seperti saya saat ini…Aaamin.

Baiklah, banyak di anatara dalam memandang penyebab konflik di indonesia adalah faktor ideologi seperti kejadian pada pemberontakan PKI. Namun menurut pengalaman saya, kebanyakan penyebab konflik di Indonesia pada umumnya berakar pada masalah ekonomi politik.

Setahu saya, 75 % konflik yang terjadi di dunia, adalah dipicu oleh masalah ketidak adilan ekonomi, kemiskinan dan sebagainya. Oleh sebab itulah sebagian besar konflik baik horizontal maupun vertikal, yang terjadi pada negara dengan pendapatan per-kapita di bawah rata-rata seperti kongo, somalia, sudan, pakistan, dipicu oleh kemisikinan massal yang terjadi pada negara tersebut.

Di tanah air misalnya, ketika masih memberontak, para Tokoh GAM berulang kali mengungkapkan kekesalannya, karena kekayaan alam Aceh yang berlimpah ruah dikeruk oleh pemerintah pusat. Mereka mengacu pada kenyataan bahwa tanah Aceh memiliki cadangan minyak dan gas alam yang melimpah ruah, namun masih banyak rakyat Aceh yang hidup miskin.

Konflik yang terbesar dan yang paling mengerikan di Indonesia, yakni konflik Maluku, juga berasal dari persoalan ekonomi. Jadi salah kalau ada anggapan yang mengatakan bahwa konflik Maluku itu diakibatkan oleh gerakan separatis yang kerap digembar-gemborkan oleh para aktivis Republik Maluku Selatan (RMS). Kita juga tidak boleh percaya bahwa konflik itu adalah perang islam melawan krsiten. Nama kedua agama besar tersebut dicatut oleh oleh kelompok elit setempat agar mudah memobilisasi massa.

Pencatutan atas nama agama tersebut, akhirnya mengobarkan rasa benci yang sangat mendalam di antara para pemeluknya. Lihat saja, mereka tidak segan-segan memperlakukan para tawanan seolah seperti binatang, sehingga banyak yang tewas karena disembelih. Bahkan ada anggapan di antara mereka, semakin banyak membunuh maka semakin cepat pula ia masuk surga. Demikian pula ketika membakar rumah ibadah milik agama lain, padahal mereka tidak tahu bahwa di tempat itulah nama Tuhan selalu dipuja.

Pada dasarnya konflik Ambon diawali oleh jatuhnya harga Cengkih dari Rp 10 Ribu menjadi Rp. 2 Ribu setiap kilogram. Para petani cengkih yang kebetulan kebanyakan menganut agama Nasrani, menjadi sangat tertekan secara ekonomi dan psikologis. Maklum setelah bertahun-tahun hidup makmur, tiba-tiba saja mereka harus hidup miskin.

Sebaliknya para pendatang dari Sulawesi Selatan dan Tenggara yang umumnya beragama Muslim, justru makin makmur. Ini karena mereka menguasai bisnis angkutan kota, perdagangan antar pulau, dan lain sebagainya. Bahkan orang Muslim menduduki kursi Gubernur yang sebelumnya selalu dikuasai oleh orang Nasrani.

Tanpa latar belakang seperti itu, sebuah konflik antara seorang supir angkutan umum dan seorang preman pada januari 1999 tak mungkin bisa berujung pada bentrokan berdarah antara islam dan kristen. Apalagi konflik tersebut berlangsung selama bertahun tahun, dan baru bisa mereda sebelum pada akhirnya mereda dan berhenti setelah deklarasi Malino II ditanda tangani pada 12 Februari 2002 di Malino Sulawesi Selatan.

Sebelum deklarasi tersebut ditanda tangani, saya memberi pilihan kepada para pemimpin kelompok yang bertikai, yang saya namakan pilihan “madu dan racun”. Saya katakan kepada mereka, kalau memilih “racun” maka pemerintah akan memberikan senjata kepada kelompok yang sedang bertikai sehingga semua orang maluku punah”. Tapi kalau mereka memilih madu maka mereka harus membuka pintu dialog, dan percaya penuh kepada pemerintah sebagai mediator. Para pemimpin kelompok yang hadir tampak sangat kaget atas opsi yang saya kasi, dan akhirnya mereka memilih untuk berdamai.

Demikian juga konflik berdarah di Poso, bukan diakibatkan oleh ideologi semata. Ia lebih disebabkan oleh konflik politik, terkait dengan pemilihan Bupati di Poso. Tanpa latar belakang masalah ini, maka tida mungkin hanya karena masalah sepele yakni perkelahian antara dua pemuda yang berbeda agama bisa meledak menjadi kerusuhan yang sangat dahsyat.
Walau mau dianalogikan, konflik poso ibarat tinta yang ditumpahkan di atas kertas buram,. Yang mana tinta itu secara perlahan merembet ke seluruh penjuru kertas tersebut. Rembesan ini kemudian menjadi tak terkendali karena demikian banyak akotr intelektual yang coba memancing di air keruh. Dengan cara mengobarkan kebencian di antara pemeluk agama.
Situasi kemudian diperburuk oleh celoteh aktivis HAM, pengamat dan politisi Jakarta yang tak paham betul apa persoalan sebenarnya. Mereka memperuncing keadaan dengan menuduh aparat dan pemerintah sebagai biang keladi. Saya benar-benar jengkel karena banyak dari mereka belum pernah ke Poso.

Bila mengikuti celotehan yang tidak berujung pangkal tersebut, pemerintah seakan akan tidak bisa berbuat apa-apa. Bayangkan ketika petugas keamanan menembak, mereka langsung dikecam telah melakukan tindakan yang sewenang-wenang, atau melakukan pelanggaran HAM. Demikian pula ketika mereka memburu dan menangkap para pelaku kekerasan dan kejahatan.

Tapi ketika itu saya percaya bahwa menghentikan konflik berdarah di Poso dan Ambon, penegakan hukum harus dilakukan secara tegas. Mereka yang melakukan pembunuhan, meledakkan bom, dan memegang senjata untuk bertempur harus ditangkap dan dihukum seberat-beratnya.

Saya juag mengingatkan pada petugas kemananan di sana agar tidak terpengaruh dan ambil peduli pada komentar dan gosip yang beredar. Bagi saya yang terpenting melaksanankan tugas dengan baik dan benar. Mereka juga saya ingatkan agar tidak perlu takut dibawa ke KOMNAS HAM atau badan penyidikan lainnya.

Dengan begitu Alhamdulillah konflik Poso akhirnya bisa selesai juga, pendeta Damanik sudah tidak lagi mencari Uztads Adnan Arsal demikian pula sebaliknya. Konflik ini hendaknya dijadikan pelajaran agar tidak lagi dijadikan dendam di masa yang aka datang. Perjanjian Malino I yang ditanda tangani oleh pemimpin Islam dan Kristen pada Desember 2001 benar-benar membawa kedamaian bagi masyarakat di sana.

Bertolak dari pengalaman pengalaman tersebut, saya berkesimpulan kita tidak bisa mengandalakan satu platform untuk menyelesaikan semua konflik. Selain faktor penyebabnya berbeda beda, juga lantaran adanya latar belakang sosial-budaya dam tingkat keparahan konflik yang terjadi.

Latar belakang tokoh setempat juga harus diperhatikan. Itu karena latar belakang pendidikan, agama, dan pergaulan sosial politiknya sangat menentukan perilaku dan pola pikirnya. Dengan bekal seperti itulah, kita baru bisa menemukan ramuan yang tepat untuk menyelesaikan sebuah konflik horizontal.

Pada dasarnya, ada satu landasan utama yang bisa dipakai untuk menyelesaikan segala macam konflik. Itulah yang namanya perundingan. Tugas terberat dalam hal ini mencari ruang perundingan, yang disetujui oleh semua pihak. Kegagalan untuk menemukan ruang perundingan tersebut bisa menyebabkan seluruh rencana perdamaian mengalami kemacetan total.

Ruang yang saya maksud di sini adalah apa yang bisa dirundingkan dan apa yang tidak bisa. Dalam kasus Aceh misalnya pemerintah sudah memberi harga mati terhadap NKRI. Dan Pihak GAM sudah menyatakan kata “MENYERAH” tidak ada dalam kasus mereka. Untuk itu sebelum mulai mengajak berdamai saya bilang kepada para pemimpin GAM, “ Anda mau perang atau damai?kalau mau perang ayo kita perang, saya ladeni. Tapi ingat yang korban orang Aceh juga karena semua TNI yang saya kirim mereka yang berasal dari ACEH. “
Pemimpin GAM bilang “wah tidak bisa begitu!”
Maka saya jawab “kalau begitu mari kita damai”

Dan seperti yang anda lihat dan baca pada postingan saya sebelumnya, akhirnya perdamaian Aceh bisa tercipta. Coba kalau damai di Aceh belum tercipta, maka rata-rata orang Aceh yang terbunuh setiap harinya antara 4-5 orang. Maka bisa dibayangkan kalau konflik terjadi selama 30 Tahun maka bisa 50 ribu orang yang jadi korban. Itulah maknanya mengapa kita harus bergerak cepat dalam menyelesaikan persoalan bangsa ini. Bergerak cepat bukan berarti tidak bisa tepat, sebab kalau mau pakai analogi kereta api, di Indonesia Kereta Apinya lamban tapi sering kecelakaan, dibanding Jepang keretanya super cepat tapi jarang kecelakaan.
Dan yang terakhir, berhubung hari ini adalah hari lahirnya pancasila, maka kita harus memegang spirit utama dari pancasila yaitu Bhineka Tunggal Ika. Yakni keragaman kita adalah kekuatan kita. Waktu saya mau mendamaikan Aceh, ada orang arab yang mau ikut, saya tanya “kenapa mau ikut?”

Dia bilang “saya mau kasi tau orang Aceh, bahwa anda masih beruntung daripada kami orang Arab, di tanah arab bahasa cuman satu, warna kulit hampir sama, agama sama, budaya sama tapi kami pecah sampai 18 negara, kalau di Indonesia ada 300 bahasa, 300 bahasa macam-macam warna kulit tapi ia masih bisa bersatu”

Share on Facebook
36 tanggapan untuk “KONFLIK DI INDONESIA : Penyebab dan Penyelesaiannya…”
  1. ichal,
    — 1 Juni 2009 jam 11:48 pm

    kalau saya disuruh menggantikan posisi pak JK..apakah saya mampu,mendamaikan pihak yg berkonflik memang tidak mudah,kalau ada komentar yg miring terhadap usaha2 pak JK,mungkin orang itu perlu di beri posisi untuk mendamaikan OPM dan rakyat Papua…hehehehehe…Sip pak JK maju terus, saya dukung bapak…


  2. Judho Kartiko,
    — 2 Juni 2009 jam 12:26 am

    Pak JK, itu bisa dikatakan konflik2 dalam negeri, walaupun GAM “dikontrol” dari luar negeri. Bagaimana pandangan Pak JK tentang konflik perbatasan? Apa ada alternatif solusi yang bisa ditawarkan? Mana yang lebih cepat, mana yang lebih baik? Terimakasih bila Bapak sudi menjelaskannya.


  3. ichwan kalimasada,
    — 2 Juni 2009 jam 12:39 am

    Ruarrrrrrrrrrrrrrrrrr biasa kanda, tulisannya sangat menginspirasi, smga bangsa ini tercerahkan dengan tulisan2 tulisan kanda…salam


  4. echi,
    — 2 Juni 2009 jam 1:15 am

    Ok,Bung Jusuf Kalla, Saya menanggapi segala pernyataan Anda diatas itu baik, dan memang harus begitu seorg pemimpin harus menjadi teladan bagi masyarakat , bukan cuman itu saja harus terbuka, dan harus bisa melindungi ,masyarakat , Dan segala konflik yg ada seperti pernyataan Anda bukan dikarenakan ekonomi, kemiskinan dan segalanya , itu idak benar perlu diketahui , negara kita sangat kaya dan ini diakui diseluruh dunia, kaya akan alam dan segala isinya. tapi yg salah adalah org2nya (pejabat) yg mempergunakan itu kepentingan sendiri. seperti hal nya KKN. yg masyarakat inginkan sekarang adalah tumpas kan Korupsi , angkat 27 juli, dan bangun kepercayaan kepada masyarakat untuk menuju adil dan makmur itu saja yg diinginkan masyarakat . tidak usah diungkit apa yg sudah Anda perbuat pada masalalu , tapi PERBUATAN LAH MASA SEKARANG ITU AJA. OK .


  5. Mas Bejo,
    — 2 Juni 2009 jam 1:19 am

    Bgmn cara membuat bangsa ini punya spirit Pancasila lagi pak? Kami juga merindukan bisa hidup tentram dan nyaman dalam ke-Bhineka-an. Tapi kenapa dalam pemerintahan bapak terkesan ada pembiaran pen-degradasian makna Pancasila? Seperti membiarkan salah satu partai koalisi bapak berslogan “Semua Muslim Bersaudara” yg artinya Muslim di negara antah berantahpun perlu dibantu, dan yang Non-Muslim walaupun didepan mata tidak perlu dibantu. Dan yg lebih menyedihkan, kalau ada sesama muslim yg bertikai tidak diurusi atau ada usaha didamaikan, contoh: konflik Syiah dan Suni di Irak, perang Iran-Irak, Aneksasi Irak terhadap Kwait, Konflik Hamas dan Fatah, konflik Pakistan dan Taliban, dan masih banyak lagi. Justru yg diurusi adalah kalau ada konflik Islam dan Non-Islam, begitu dipertajam, diperuncing, membentuk pasukan berani mati dll, terutama konflik yang ada di dalam negeri. Kenapa aktor provokator tsb tidak ditangkap? Malah kesannya dibelain? Amrozi Cs pun bisa dicitrakan sebagai pahlawan. Kepada pemimpin siapa saya harus percaya? Saya hanya pasrahkan kepada Tuhan. Saya sangat yakin bahwa Tuhan tidak tidur, selalu bekerja, dan akan campur tangan dalam kehidupan kita, apabila kita mau memohon.


  6. Andreas Sukotjo,
    — 2 Juni 2009 jam 1:35 am

    Guru saya dulu pernah mengatakan, jika kalian sudah betul2 memahami penyebab suatu masalah, itu artinya 50% bagian masalah sudah diselesaikan, 50% bagian sisanya adalah eksekusi solusi. Saya rasa Pak JK sudah memberikan gambaran tentang penyebab umum masalah konflik di negeri ini. Sebagian sudah bisa diselesaikan, semoga itu sudah 100% dan abadi.
    Jika sudah tahu pola umum penyebab masalahnya adalah seperti itu, tugas pemimpin nantinya adalah berusaha keras dan memastikan agar sang penyebab masalah itu tidak muncul di negeri ini. Kalau ternyata muncul lagi, bolehlah kita sebut pemimpin tersebut mirip “keledai”. Maaf, semoga tidak ada yang tersinggung.
    Untuk Pak JK, terimakasih atas usaha dan penjelasan Bapak. Salut. Tuhan memberkati Bapak.


  7. Haneldi Aglino,
    — 2 Juni 2009 jam 1:55 am

    Saat ini negara butuh pemimpin yang bisa mendamaikan elite2 yang saling bertikai satu sama lain..SBY sampai saat ini masih juga belum bisa “berdamai” dengan Megawati. Ini berbahaya karena kedua tokoh ini adalah tokoh yang sangat mempunyai pengaruh terhadap kelompoknya, dan jumlah pendukung kedua tokoh ini juga besar sekali. Dengan latar belakang pengalaman yg dimiliki JK dalam mendamaikan Aceh, Poso, Ambon, saya yakin, jika JK ditakdirkan menjadi Presiden, kedua tokoh ini akan bersatu kembali…..


  8. azhar,
    — 2 Juni 2009 jam 2:21 am

    Alhamdullih…, mudah2an tulisan ini (yg merupakan lanjutan tulisan sebelumnya) bisa dipahami,dihayati… dan disyukuri oleh pembaca. Bhw betapa indahnya perdamaian, betapa indahnya hidup rukun dalam kerangka NKRI.

    Byk yg bisa dipetik dari tulisan ini, tapi satu hal yang hrs diakui bahwa beberapa komplik yg terjadi diindonesia sat itu pada dasarnya bukan faktor ideologi, tapi faktor sosial-politik. Hanya sebagian “Oknum” kita turut memperkeruh dan mengambil kesempatan/keuntungan politik dari konflik tsb…

    Saat itu, hampir Semua org (pejabat, pemerintah, ABRI/polri, Ulama )turut membicarakan solusi yg baik.. tp sekali lg bahwa Negara (masyarakat+pemerintah) hrs mengakui bahwa hanya keberanian dan kecepatan perpikir dan bertindak dari se-orang warga negara (yg kebetulan duduk sbg WAPRES), shg alhmadullah seorang JK dapat berperan sebagai mediator yang sukses…., Bila saat itu beliau terlambat mengambil keputusan, mungkin salah satu atau beberapa konflik tsb masih berkobar sampai saat ini tanpa ada penyelesaian damai

    Saya mwngutip beberapa kemontar beliau, bahwa kita tdak perlu banyak duduk + rapat demi rapat, tp yang perlu adalah mengambil keputusan yang tepat dan bertindak dengan cepat

    Kami tahu JK bertindak tanpa pamrih, tp sewajarnya kita semua memberi penghargaan atas jasa beliau. Bila sampai saat ini pemerintah belum memberi penghargaan kenegaraan, paling tdk mari kita memberi penghargaan langsung dengan memberi kesempatan kepada beliau memimpin negara ini,… BRAVO JK, insyAllah Tuhan meridhoi.. amien


  9. Feri,
    — 2 Juni 2009 jam 4:35 am

    Pak JK saya tahu peran bapak dominan dalam penyelesaian konflik di Indonesia karena saya selalu mengikuti berita2 Indonesia terutama dari media luar negri maupun koran2 Indonesia. Karena jasa2 pak JK dlm perdamaian itu makanya pak JK diundang menghadiri the National Prayer Breakfast di Washington, D.C yg dihadiri Obama dan pemimpin2 dunia lainnya.

    Kalau ada buku tentang Poso, Ambon, dan Aceh dari tokoh yg terlibat dalam perdamaian disana seperti pak JK akan membantu publik tahu fakta yg sebenarnya dan sebagai pelajaran agar konflik2 itu tak terulang lagi. Kalau ada komentar miring terhadap usaha pak JK memberitakan hal itu mungkin karena orang2 yg berkomentar miring itu narrow-minded atau ada unsur politik dari pihak tertentu yg ingin membodohi rakyat untuk kepentingan mereka.
    The truth will prevail, and it will come out sooner or later.


  10. bambang p.s.,
    — 2 Juni 2009 jam 5:02 am

    Kesimpulan dari tulisan di atas adalah konflik di Indonesia sebenarnya berasal dari ketidakadilan ekonomi (dan politik). Setelah saya merenung, ketidak adilan ekonomi mungkin terjadi dalam dua hal, pertama yaitu belum meratanya pembangunan di tanah air (luar jawa sering terlupakan), dan kedua adalah terlalu lemahnya posisi tawar pemerintah Indonesia terhadap pengusaha asing (minyak, gas, tambang lainnya, dll) sehingga nilai kekayaan yang pindah ke asing jauh lebih besar dibanding dgn yang di dapat oleh negara kita. Perlu revisi kontrak secepatnya dan bersikap tegas dengan asing.


  11. Feri,
    — 2 Juni 2009 jam 5:03 am

    Pak JK saya tahu peran bapak dominan dalam penyelesaian konflik di Indonesia karena saya
    selalu mengikuti berita2 Indonesia terutama dari media luar negri maupun koran2 Indonesia.
    Karena jasa2 pak JK dlm perdamaian itu makanya pak JK diundang menghadiri the National
    Prayer Breakfast di Washington, D.C yg dihadiri Obama dan pemimpin2 dunia lainnya.

    Kalau ada buku tentang Poso, Ambon, dan Aceh dari tokoh yg terlibat dalam perdamaian disana seperti pak JK akan membantu publik tahu fakta yg sebenarnya dan sebagai pelajaran agar konflik2 itu tak terulang lagi. Kalau ada komentar miring terhadap usaha pak JK memberitakan hal itu mungkin karena orang2 yg berkomentar miring itu narrow-minded atau ada unsur politik dari pihak tertentu yg ingin membodohi rakyat untuk kepentingan mereka.
    The truth will prevail, and it will come out sooner or later.


  12. wijaya kusumah,
    — 2 Juni 2009 jam 5:26 am

    Peran Pak JK Sungguh Luar Biasa, saya terharus dibuatnya. Kalau saja banyak tokoh seperti pak JK, Insya Allah negera kita akan lebih aman dan lebih makmur.

    Salam Blogger Kompasiana
    Omjay


  13. dongan,
    — 2 Juni 2009 jam 7:25 am

    Maju terus pak JK, kami rindu ada pemimpin Indonesia yang cepat dalam bertindak. Kami rindu Indonesia bukan hanya pulau jawa saja.
    Tapi ingat pak, cepat itu harus juga tepat :-) jangan sampai grasa grusu yang malah menghasilkan mudarat.

    GBU


  14. syarifuddin umar,
    — 2 Juni 2009 jam 7:34 am

    Benar pak JK, setiap konflik ada penyelesaiannya.
    tapi selama dunia masih berputar kita tidak akan pernah tidak menemukan konflik, hanya masalahnya bagaimana kita mengurangi konflik tersebut.
    memang masalah perekonomian salah satu biang dalam penciptaan konflik, tapi saya tidak setuju kalau perekonomian satu-satunya pemicu terjadinya konflik.
    Bagaimana kita melihat orang lain seperti kita sendiri adalah salah satu konflik itu terhindarkan di antara kita. Maka semboyan “Different is the Best” itu sangat bagus.
    bayangkan kalau penduduk dunia wajaknya semua ….seperti “Mr. Bean” dan “Susan Boyle” bisakah dunia ini menarik.
    Bravo pak JK


  15. Dg. Gassink,
    — 2 Juni 2009 jam 8:02 am

    top markotop….

    Peace Always

    Lanjutkan!!!!!


  16. soe ha die,
    — 2 Juni 2009 jam 8:12 am

    mantap pak!!!
    saya orang aceh,dengan segenap hati mendukung bapak.
    saya hanya mau seluruh anak indonesia bisa bermimpi jadi presiden,entah ia orang kalimantan,sulawesi,irian,jawa atau sumatera..
    bravo pak kalla…


  17. Anton Sutedjo,
    — 2 Juni 2009 jam 8:40 am

    Siiiiip Pak JK. Saya pikir andalah orang yg paling tepat untuk merundingkan kembali hak-hak Indonesia yg sudah terlanjur dikangkangi oleh tangan-tangan asing. Saya percaya kepada Anda.


  18. Marlin,
    — 2 Juni 2009 jam 8:44 am

    Luar biasa….Sepertinya hal seperti ini Bapak harus ungkap ke masyarakat agar mereka tahu sejarah yang terjadi seperti apa sebenarnya..ini bukan masalah sombong atau riya’ akan tetapi menjadi pelajaran dan pengetahuan bagi rakyat agar bisa menghargai perbedaan dan betapa susahnya perdamaian itu. Terkadang kita datang ke restoran hanya bisa makan dan marah2 apabila makanan tidak dihidangkan, akan tetapi tidak sadar bahwa betapa sulitnya pekerjaan didapur untuk menyiapkan semuanya sehingga benar2 dapat dinikmati yang tidak semua orang dapat menghargai hal tersebut.
    Terima kasih


  19. Ali Yathas,
    — 2 Juni 2009 jam 8:56 am

    Terima kasih sharing pengalamannya pak, mudah2an dikemudian hari indonesia menjadi tambah aman, kami tunggu jasa bapak selanjutnya untuk negeri tercinta ini. salam perdamaian.

    wassalam


  20. Saturdi,
    — 2 Juni 2009 jam 9:00 am

    Banyakya penilaian miring kepada Bapak JK karena selama ini masyarakat tidak tahu siapa sebetulnya yang bekerja apalagi image yang berkembang bahwa Wapres itu sakadar ‘ban serep’ dalam artian tidak banyak bisa dikerja dan diperbuat. Tapi dengan postignya Bapak ini setidaknya membuka mata masyarakat bahwa betapa besar peran yang telah Pak JK lakukan. Saya bangga dengan Bapak dan mancari orang seperti Bapak sulit kayaknya, olehnya saya berdo’a semoga Pak JK dapat terpilh menjadi orang nomor I di negeri ‘mutiara’ ini, dan selanjutnya Bapak bisa bekerja lebih maksimal dimasa akan datang, amin…amin…ya rabbal alamin..

    Majuki sikampong aja to mammatu-matu..lebih cepat lebih baik…


  21. Ahmad,
    — 2 Juni 2009 jam 9:04 am

    Pemikiran yang jernih dan sangat maju Pak. Memang Bapak sangat pantas jadi presiden.


  22. ssehati,
    — 2 Juni 2009 jam 9:09 am

    Siip pak, saya senang melihat cara kerja bapak yang berani menyingsingkan lengan baju maju ke medan perang menyelesaikan semua masalah bangsa. Inilah pemimpin yang di harapkan, kerja nyata bukan hanya retorika dan gaya wibawa dengan senyum yang di buat-buat penuh pesona.

    Saya merasa bangga ada pemimpin yang berani seperti bapak, karena kalau kita mau maju negara harus aman, kemudian baru dapat membangun ekonomi untuk kesejahteraan rakyat kita. Kasihan pak rakyat kita, kalau semua aset negara di jual ke asing, Indonesia nanti hanya tinggal nama, dimiliki bersama-sama. Yang tertinggal hanya TKI dan TKW kerja di tempat lain, karena di dalam negeri sudah tidak ada lahan.


  23. Opank,
    — 2 Juni 2009 jam 9:16 am

    the real president…kami do’akan semoga bisa memimpin negara Indonesia tercinta ini…aaamiiin


  24. Piwing,
    — 2 Juni 2009 jam 9:30 am

    Sama Seperti penyakit, jika kita kena penyakit tetanus, atau penyakit sistemik lainnya kalau tidak cepat disembuhkan bisa2 sakitnya tambah parah.. jadi memang untuk menyembuhkannya seharusnya “Lebih cepat Lebih baik” itu yg tepat. kalau negara kita sakit.. juga harus di sembuhkan lebih cepat lebih baik agar rakyatnya tidak lama2 menderita sakit.. Salam


  25. hadisang,
    — 2 Juni 2009 jam 9:38 am

    salam hormat bpk jk
    semoga setelah adanya konflik di beberapa daerah ini, tidak akan ada lagi konflik berikutnya.
    semoga setelah adanya perdamaian-perdamaian ini rakyat indonesia semakin hidup rukun.
    makan tidak makan yang penting kaya semua,jadi kan bisa makan ya pak.
    semoga apa yang bapak cita-citakan untuk negeri ini bisa tercapai…amiiin
    terimakasih


  26. hadisang,
    — 2 Juni 2009 jam 9:40 am

    alam hormat bpk jk
    semoga setelah adanya konflik di beberapa daerah ini, tidak akan ada lagi konflik berikutnya.
    semoga setelah adanya perdamaian-perdamaian ini rakyat indonesia semakin hidup rukun.
    makan tidak makan yang penting kaya semua,jadi kan bisa makan ya pak.
    semoga apa yang bapak cita-citakan untuk negeri ini bisa tercapai…amiiin
    terimakasih


  27. Langmerdi,
    — 2 Juni 2009 jam 9:41 am

    Kita harusnya sadar bahwa Islam tidak bisa mempersatukan umat. Lihat bangsa Arab yang terpecah2 sampai sekarang. Budaya dan adat istiadat bangsa Indonesia jauh lebih unggul. Bukan berrti kita harus ganti agama, tetapi jangan menganggap Islam memiliki aturan yang dominan dan cocok untuk Indonesia. Dalam hubungan manusia - Tuhan oke tapi masalah dunia jelas Islam tidak bisa diandalkan,


  28. Fani,
    — 2 Juni 2009 jam 10:21 am

    Saya sangat terinspirasi oleh tulisan Pak JK diatas, saya kira generasi muda sekarang harus lebih banyak belajar oleh negarawan seperti Bapak, dalam memimpin tidak hanya cukup menjual image saja tapi penting sekali untuk berbuat lebih banyak than what you supposed and required to do. Saya kira dengan segala effort yang Pak JK telah perbuat untuk negeri ini, penghargaan nobel award saja sepertinya terlalu kecil untuk itu.

    salam hormat dari warga Aceh


  29. DSulthan,
    — 2 Juni 2009 jam 10:47 am

    sepertinya pak JK saat ini boleh dong diaulat jadi “Bapak Diplomasi”
    diplomasi pak JK cepat, hangat(bersahabat) dan tepat sasaran, sehingga akhirnya mudah dan dapat dimengerti oleh lawan komunikasi.


  30. Shabri,
    — 2 Juni 2009 jam 11:09 am

    Salut Pak JK. Pemilu legislatif kemarin sebenarnya saya tidak memilih partai yang yang mengusung Bapak. Tapi melihat pak JK di beberapa kesempatan, JK tampil apa adanya, lebih berani dan mantap untuk bertindak. Pak JK nampak ikhlas dan merakyat, sehingga orang senang bersahabat dengan JK. Aceh dan Poso, Allah damaikan atas ikhtiar JK. JK emnga lebih lihai dalam mendamaikan orang yang bertikai, karena dalam diri Bapak memang kelihatan bersahabat. Bapak bukan tipe orang yang apposan. Mungkin ini yang membedakan Bapak dengan capres yang lain. Saya ingat beberapa waktu lalu ketika Pak JK mengatakan bahwa kesuksesan yang diraih pemerintah sekarang ini adalah kerja bersama, dan Golkar banyak mendukung dan bahkan serin jadi bamper di Partelen. Capres dari PD langsung nanggapin banget. Kalau saya lihat mental Pak JK jauh lebih matang dibanding dengan capres yang lain. Yang lain mudah tersinggung, mudah panas dan reaktif banget.

    Saya belum pernah mendengar/membaca sepak terjang negatif pak JK, baik di Bisnis maupun di Politik dan Pemerintahan. Bapak pintar dan cerdik untuk melihat kebutuhan rakyat dan negara untuk segera menyelesaikannya. Anda “PANTAS JADI PRESIDEN” diantara ke 3 pasangang yang ada “. Anda Cerdas, pintar, berani dan bisa diandalkan. Sangat cocok slogan ” Lebih Cepat Lebih Baik” Slogan itu sangat cocok untuk memacu bangsa kita untuk mengejar ketertinggalan kita dari bangsa-bangsa lain. Saya khawatir bila yang lain jadi presiden akan lambat, lelet dan mbulet. Bagi kalangan pemilih rasional, seperti saya akan memilih pasangan JK-WIn. Tapi bagi kalangan kebanyak rakyat kita, yang mereka lihat adalah penampilannya atau ngomongnya. Oleh karena itu saran saya, ada baiknya Bapak mengatur cara bicaranya, lebih sistimatis, ngga perlu seperti SBY. Itu sih kelihatan banget diaturnya, menjaga imej banget.
    Kalau saya rasakan, isi ngomong Pak JK lebih faktual dan lebih berisi, ngga normatif. Itu kelebihan yang Bapak miliki dibanding dengan capres lainnya. Jadi tinggal dipoles dikit, bicaranya lebih teratur, biar kesannya lebih mantap, karena isinya udah bagus dan pas banget.


  31. Mahardikani,
    — 2 Juni 2009 jam 11:44 am

    SALUT UNTUK PAK JK.
    OH YA PAK, …SAYA SUDAH LIHAT SATU IKLAN PARTAI BAPAK, DAN SAYA SETUJU DENGAN AJAKAN: “AYO MANDIRI!”.

    INSYA ALLAH,…BAPAKLAH YANG MENGEMBAN AMANAT RAKYAT INDONESIA UNTUK 5 TAHUN KE DEPAN. AAMIIN.


  32. Subarna Tirtakusumah,
    — 2 Juni 2009 jam 12:39 pm

    Sejak JK jadi Wakil Presiden (2004) saya memang mengikuti berita2 menyangkut beliau. Selain masalah perdamaian Aceh, penyelesaian Poso dan Maluku, penggantian minyak tanah dengan gas yang spektakuler, andilnya dalam BLT, usaha mengatasi kekurangan listrik dengan pendirian pusat listrik baru sebesar 10.000 megawatt yang sedang dilakukan, dll, membuat saya sangat simpati dan kagum kagum. Oleh karena itu saya sangat mendukung beliau jadi presiden.


  33. Danang Andika,
    — 2 Juni 2009 jam 3:00 pm

    Pak JK, melihat cara Bapak berpikir dan bekerja, sy yang tadinya ragu untuk memilih Bapak, sekarang menjadi benar-benar yakin bahwa bapaklah “Satrio Piningit” yang sesungguhnya. salut untuk Bapak, semoga Allah memberikan kesehatan kepada Bapak dalam bekerja dan berjuang, semoga perjuangan menjadi Presiden diridhoi Allah SWT. Sukses untuk Pak JK. kami mendukung JK-Wiranto sebagai Presiden RI 2009-2014. Maju terus…..


  34. rayhan,
    — 2 Juni 2009 jam 3:13 pm

    terus maju pantang mundur Pak! kami doakan bapak jadi presiden, bukan karena jilbab, bukan karena bapak orang bugis, tapi karena Indonesia butuh presiden yang berani, tegas dan bisa mengangkat martabat bangsa.


  35. crees,
    — 2 Juni 2009 jam 4:37 pm

    ????? ada apa dengan JK ?????


  36. anto kornelius,
    — 2 Juni 2009 jam 5:00 pm

    Sejujurnya sangat banyak org yg akan memilih bapak sebagai presiden Indonesia 2009-2014 kalau mereka mengikuti kata hatinya. Tapi kebanyakan mereka sudah menjadi fanatik buta terhadap capres lainnya yg notabene tidak ada apa-apanya dibanding Pak JK. Sy tidak melihat capres lain punya blog yg ditulis sendiri oleh mereka, yg berisi pikiran-pikiran mereka atau hal-hal baik apa yg mereka telah lakukan untuk bangsa dan negara ini, sehingga apa yg mereka omongkan kesannya hanya omong kosong.

    Untuk Pak JK, maju terus pak. Jadi presiden atau tidak, bapak adalah pahlawan perdamaian…
    wassalam


  37. Dahlan, Your comment is awaiting moderation.
    — 3 Juni 2009 jam 12:00 am

    Pak JK telah meninggalkan sesuatu yang begitu penting bagi Indonesia.
    1. Sebagai orang yang datang dari luar pemerintahan (sebelumnya jadi pengusaha), Bapak melihat masalah bangsa ini secara berbeda. Yang luar biasa, Bapak bukan hanya mampu melihat secara berbeda, tapi juga mampu menyelesaikannya dengan cara-cara yang berbeda. Lebih luar biasa lagi, cara melihat yang berbeda dan cara penyelesaian yang berbeda itu ternyata membuahkan hasil yang bermutu. Begitu tingginya mutu proses dan hasil itu sehingga menjadi bahan pelajaran bangsa-bangsa lain di dunia untuk menyelesaikan konflik.
    2. Pada posting sebelumnya, Pak JK mengungkapkan bahwa bendahara tim perdamaian Aceh adalah Nyonya Mufidah, istri Bapak, karena dana operasional dari misi penting itu berasal dari saku Pak JK sendiri. Hebat benar bahwa Bapak menyelamatkan begitu banyak nyawa saudara-saudara kita di Aceh, menyelamatkan keutuhan NKRI, dari saku Bapak sendiri. Bahwa orang lain yang menikmati prestasi kemanusiaan itu, bagi saya tidak penting. Bapak telah mengajarkan kepada bangsa ini bukan cuma cara melihat dan menyelesaikan masalah, melainkan pentingnya ketulusan. Saya kira ketulusan adalah pilar penting dari watak kenegarawanan.
    3. Dalam kasus Ambon dan Poso, Bapak –yang berlatar belakang keluarga taat agama warisan NU dan Muhammadiyah– mampu memposisikan diri sebagai wakil negara, wakil seluruh rakyat yang heterogen. Itulah saya kira modal dasarnya mengapa saudara-saudara kita yang Muslim maupun yang Kristen memberikan kepercayaan penuh kepada Bapak untuk menyelesaikan masalah itu. Saya menyebut ini karena saya yakin, salah satu kunci sukses penyelesaian dua konflik yang melibatkan penganut umat beragama tersebut adalah kuatnya trust kepada pribadi Bapak. Itu juga sekaligus menjelaskan bahwa kendati Bapak seorang Muslim yang taat tidaklah berarti bahwa itu akan menjadi ancaman bagi saudara-saudara kita yang beragama dan berkeyakinan lain. Saya percaya bahwa membangun bangsa ini tidak akan membuahkan hasil maksimal tanpa melibatkan seluruh komponen bangsa.
    4. Cara baru melihat masalah bangsa ini, juga cara baru menyelesaikannya, yang dibarengi dengan semangat lebih cepat dan lebih baik, saya yakini, akan membawa bangsa ini tumbuh lebih cepat untuk mewujudkan visi besar Bapak: menjadikan bangsa Indonesia mandiri melalui percepatan pembangunan ekonomi. Semua bangsa yang terhormat di dunia ini adalah bangsa yang memiliki kekuatan ekonomi. Bahkan Jepang yang tidak memiliki kekuatan militer sekalipun tetap dihormati seluruh bangsa karena kekuatan ekonominya.

    Salam. Semoga Bapak menjadi berkah bagi bangsa Indonesia.

1 comment:

  1. Sebagi pendekar, JK mirip dengan Jacki Chan. Dia adalah pendekar gaul yang berotak encer dan memiliki jurus-jurus yang lincah yang mampu membuat lawan-lawannya jadi panik dan emosional. Ayo beri kesempatan JK menjadi pendekar nomor satu, biar bandit-bandit sosial dikarantinakan.

    ReplyDelete